Dark/Light Mode

Agar Tak Jadi Beban Ibukota

Pendatang Baru Harus Punya Keahlian dan Keterampilan

Minggu, 16 Juni 2019 09:22 WIB
Pendatang baru di Jakarta akan menjadi beban Pemerintah  DKI Jakarta jika tidak memiliki keahlian. (Foto : istimewa)
Pendatang baru di Jakarta akan menjadi beban Pemerintah DKI Jakarta jika tidak memiliki keahlian. (Foto : istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membuka pintu lebar-lebar arus urbanisasi mestinya dibarengi kebijakan konkret. Salah satu caranya, dengan melatih para pendatang agar tak jadi beban Ibukota.

Jumlah pendatang baru diprediksi mencapai 71 ribu orang yang berasal dari berbagai daerah usai Lebaran lalu. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mengungkap, Jawa Tengah sebagai provinsi yang menyumbang pendatang terbanyak ke Jakarta.

Sebanyak 31 persen ingin menetap dan mencari pekerjaan, serta dengan alasan bersekolah di Ibukota kurang lebih 23 persen dari total pendatang. Sisanya seperti bekerja di sektor informal ataupun hanya sementara tinggal di Jakarta.

Baca juga : Benyamin Berharap Pendatang Baru di Tangsel Harus Bisa Buka Lapangan Kerja Sendiri

Anggota Komisi B Syarifuddin mengatakan, pekerjaan di Ibu- kota jauh berbeda dengan daerah lain. Mayoritas lapangan kerja di sektor jasa. Saat ini mulai berkembang industri kreatif. Tentunya, akan menjadi hal baru bagi pendatang yang berasal dari daerah industri atau pertanian. “Pemprov harus melatih mereka supaya siap masuk ke sektor jasa dan industri kreatif itu,” katanya.

Selain itu, diperlukan sosialisasi bahwa persaingan mendapatkan pekerjaan sangatlah ketat. Mereka yang bertahan ialah yang kreatif serta punya kompetensi khusus. Menurut Syarifuddin, pendatang baru wajib memiliki keterampilan berbasis teknologi informasi serta komunikasi. Sebab, sektor tersebut menjadi faktor penentu keberhasilan sebuah usaha yang dijalankan, baik individu ataupun badan usaha.

“Tak bisa dipungkiri banyak usaha perseorangan ataupun ba- dan kini punya website ataupun wadah untuk promosi produk dan keahlian yang dipunya. Masyarakat sekarang ini sudah lebih melek teknologi dan dimungkinkan dari sisi inilah roda perekonomian akan semakin meningkat,” paparnya.

Baca juga : Walikota Bekasi Imbau Pendatang Dibekali Keterampilan Kerja

Untuk itu, Komisi B berharap Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) bersinergi dengan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) untuk pe-mutakhiran piranti teknologi informasi yang dibutuhkan para penyedia bisnis dan jasa. Tujuannya, agar proses bisnis dan jasa yang berjalan semakin meningkat di DKI Jakarta. “Kalau IT sudah baik tak ada kendala maka bisnis dan jasa yang berjalan di Jakarta akan semakin berkualitas,” ungkap Syarifuddin.

Pemprov DKI Jakarta memperkirakan jumlah pendatang baru di Jakarta setelah masa Idul Fitri 2019 akan mencapai 71.000 atau meningkat sebanyak 2.000 orang dibandingkan 2018. Kepala Disnakertrans DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, pihaknya memberikan kesempatan kepada seluruh warga mendapatkan pelatihan. Terutama masyarakat yang akan datang ke Jakarta harus memiliki keterampilan maupun kompetensi. Namun, jika tidak memiliki keterampilan, Dis- nakertrans DKI siap memberikan pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya.

“Tetapi yang tidak ada (kompetensi) pun ya kita enggak bisa menolak, tetapi kita harus bersedia atau siap untuk melakukan meningkatkan kompetensinya dengan melakukan pelatihan- pelatihan,” kata Andri.

Baca juga : Penumpang Angkutan Laut Harus Pahami dan Ikuti Aturan Keselamatan Pelayaran

Pelatihan itu, lanjutnya, tak hanya untuk mereka yang ingin bekerja di perusahaan. Pelatihan-pelatihan yang diadakan Disnakertrans untuk mereka yang ingin membuka lapangan pekerjaan atau wirausaha. Kemudian, fungsi lain Disnakertrans, untuk menjamin hak- hak sesuai ketentuan dan aturan. Andri menyebutkan, pelatihan itu disosialisasikan melalui media sosial seperti adanya Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) dan pelatihan higiene perusahaan dan kesehatan kerja.

Ada juga pelatihan di tingkat Suku Disnakertrans di berbagai wilayah di Jakarta. Lalu pelatihan-pelatihan dalam jangka pendek juga disediakan disertai dengan pemberian modal usaha. Dia mencontohkan, dalam satu tahun pelatihan reguler terdapat empat angkatan dengan kuota peserta 20 orang. Sekarang meningkat hingga lima sampai enam angkatan. Selain itu, disediakan pula mobile training unit (MTU) yang mendatangi peserta pelatihan.

Bekerja sama dengan RT, RW, keluarahan, ataupun kecamatan setempat. Andri menambahkan, memang program itu diutamakan untuk warga ber-KTP DKI Jakarta. Namun, selagi kuota pada setiap kegiatan pelatihan mencukupi, semua masyarakat bisa mengikutinya. “Pelatihan beda dengan pendidikan. Kalau pelatihan itu siapa pun yang datang itu harus diterima sepanjang kuotanya ada,” kata Andri. [MRA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.