Dark/Light Mode

Gunakan Medsos, Asing Menyiram Minyak di Papua

Sabtu, 31 Agustus 2019 06:30 WIB
Seorang warga Jayapura, Papua, melihat mobil dan motor berserakan di depan Kantor Bea 
Cukai Papua, Jumat (30/8). Mobil, motor dan gedung Bea Cukai itu, hangus dibakar para perusuh. (Foto: Antara)
Seorang warga Jayapura, Papua, melihat mobil dan motor berserakan di depan Kantor Bea Cukai Papua, Jumat (30/8). Mobil, motor dan gedung Bea Cukai itu, hangus dibakar para perusuh. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kerusuhan di Papua ternyata tak hanya dimainkan kelompok anarkis di dalam negeri, tapi ada juga pihak asing yang ikut menyiramkan minyak agar api konflik di Papua terus berkobar.

Pihak asing ini memainkan tindakan biadabnya lewat media sosial dengan menyebarkan berita- berita hoaks. Masyarakat diminta tidak terpancing.

Sejak Senin pekan lalu, hampir tiap hari rakyat Papua turun ke jalan menggelar unjuk rasa. Dua hari lalu, aksinya berujung rusuh. Fasilitas publik dibakar. Korban jiwa pun melayang.

Awalnya, aksi hanya digelar di Manokwari, Ibukota Papua Barat. Kemudian merayap ke daerah-daerah lain dan membesar. Dari daerah yang paling barat sampai ke yang paling timur. Dari Sorong bergeser ke Fakfak, kemudian pindah ke Deiyai, sampai ke Jayapura.

Isunya pun merembet ke mana-mana. Dari yang awalnya hanya menentang tindakan rasialisme terhadap maha- siswa Papua di Surabaya, bergeser ke permintaan referendum dan macam- macam. Dua hari terakhir, aksi makin mengkhawatirkan.

Baca juga : Kejar KKB yang Provokasi Massa di Papua

Di Deiyai, seorang prajurit TNI AD tewas terkena panah. Di Jayapura, fasilitas publik dirusak dan dibakar. Membuat jantung Papua itu lumpuh dan mencekam. Pemerintah tak tinggal diam. Berbagai upaya dilakukan untuk mendinginkan situasi. Mulai dari memblokir internet, mengundang tokoh-tokoh Papua, sampai mengirim anggota Polisi dan TNI.

Jumat (30/8) misalnya. Menko Polhukam, Wiranto, kembali mengumpulkan para tokoh Papua di kantornya untuk mencari solusi di sana. Tokoh yang diundang antara lain Fredy Numberi, Willem Frans Ansanay, Samuel Tabuni, dan lain-lain. Wiranto juga menggelar rakor dengan dengan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian, untuk mengetahui pangkal masalah di Papua. Kenapa gelombang aksi di sana belum juga surut.

Usai rakor, Hinsa mengatakan, aksi rakyat Papua terus bergulir karena ada yang memanas-manasi. Kata dia, ada pihak asing yang memanfaatkan situasi dengan cara menyebar berita bohong di media sosial. Hoaks ini ibarat siraman minyak ke bara api, yang membuatnya semakin berkobar dan membesar.

Negara mana yang menyebar hoaks tersebut? Purnawirawan jenderal bintang tiga ini tak mau merinci. “Kita tak bisa sebutkan (asal negaranya),” kata Hinsa. Dia hanya bilang, di dunia siber, asal hoaks bisa dari mana pun. Pelakunya, bisa dari kelompok atau perorangan. “Kita tak bisa tuduh (negara mana) karena bisa dari mana- mana,” ujarnya.

Karena itu, ia meminta seluruh masyarakat, terutama di Papua, tidak mudah termakan isu-isu atau berita bohong terkait kondisi yang terjadi di Papua. Sebab, ada banyak hoaks yang sengaja disebarkan pihak-pihak tertentu terkait kondisi di Papua.

Baca juga : Mendagri dan Mensos Rapat di KPK 

Belakangan, isu-isu tersebut didukung pemberitaan yang justru dikeluarkan media-media asing. Ia minta masyarakat menyaring setiap pemberitaan di medsos agar tidak memanaskan situasi. “Saya yakin saudara-saudara kita di Papua cinta damai. Kita imbau supaya isu-isu itu tidak mudah terpengaruh,” tuntasnya.

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, berpikiran senada. Kata dia, ada sekelompok orang yang mendompleng aksi unjuk rasa sehingga membuat frame bahwa Bumi Cendrawasih seperti tidak aman. “Pihak yang bermain di kasus Papua selalu banyak, terutama pihak internasional yang selalu ingin agar kedamaian dan stabilitas di Papua itu tidak pernah selesai,” kata Fahri, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (30/8). 

Fahri melihat, kejadian di Papua sengaja dimainkan dengan mengangkat isu HAM di dunia internasional. Dia pun meminta agar hal ini dilihat jeli oleh Presiden untuk membuat satu kebijakan yang strategis. Karena itu, ia berharap Presiden Jokowi segera bertindak untuk menyelesaikan masalah ini.

“Adanya pihak-pihak yang mencoba menginternasionalisasi persoalan ini. Nanti kita menyesal karena terlambat,” ungkapnya.

Informasi soal hoaks ini sebelumnya juga sudah diungkap Mabes Polri. Kabiro Penmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan, ada 1.750 akun di media sosial yang diduga penyebar hoaks soal Papua. Sebagian berasal dari luar negeri.

Baca juga : Pengadaan Mobil Menteri 147 Miliar, Hadji Kalla Di-KO Astra

Saat ini, Kepolisian masih mendata profil pemilik akun- akun tersebut. “Ada di luar negeri, ada juga di dalam negeri. Itu masih, nanti buka profil dulu,” kata Dedi, di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (29/8).

Dari akun-akun tersebut, ada yang berperan sebagai agregator, buzzer, dan second line buzzer. Hal itu didapat Polisi setelah melakukan pemetaan dan profiling dari 1.750 akun tersebut. Akun-akun itu menghasilkan 32 ribu konten. “Kata-kata yang provokatif yang penghinaan, ujaran kebencian, itu yang dilakukan pemblokiran oleh Kominfo,” katanya.

Untuk kondisi terbaru, situasi di Kota Jayapura, Jumat (30/8) mulai tenang. Kawasan di Distrik Abepura, yang pada Kamis diduduki massa, kini sepi. Namun, warga memang berani beraktivitas seperti biasa dan memilih diam di rumah masing-masing. Toko dan kafe yang berada di sekitar kawasan itu juga tutup. [BCG]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.