Dark/Light Mode

Penumpang KRL Positif Corona

Naik Kereta Api Tut...Tut...Tut, Siapa Hendak Menjemput Maut

Selasa, 5 Mei 2020 07:24 WIB
Ilustrasi KRL commuterline. (Foto: Info Commuterline)
Ilustrasi KRL commuterline. (Foto: Info Commuterline)

RM.id  Rakyat Merdeka - "Naik kereta api, tut...tut...tut, siapa hendak turut, ke Bandung-Surabaya,...”Itu di antara lirik lagu berjudul “Naik Kereta Api” karya Ibu Soed. Lagu itu dinyanyikan dengan riang gembira oleh anak-anak karena begitu senang dan gembiranya naik kereta api.

Tapi, di saat wabah corona merajalela seperti sekarang ini, naik kereta api jadi menegangkan. Seperti hendak menjemput maut. Karena banyak penumpang yang naik kereta jadi positif corona.

Sejumlah kepala daerah sudah menyampaikan kekhawatirannya karena transportasi kereta masih beroperasi di saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diberlakukan. Para kepala daerah ini minta operasional KRL (Commuterline) distop, tapi ditolak pemerintah pusat.

Akhirnya, kekhawatiran itu kejadian. 3 penumpang KRL positif corona. Kasus tersebut diungkap Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil saat petugas medis di Stasiun Bogor melakukan tes swab PCR dengan metode sampling. “3 positif Covid-19 dari 325 penumpang kRL Bogor-Jakarta yang kami sampling dengan test swab PCR,” ucapnya melalui akun Twitter @ridwankamil, (3/5).

Baca juga : Bertambah 218 Kasus, Positif Corona Per 8 April 2020 Menjadi 2.956

Pria yang akrab disapa Emil ini menganggap KRL masih menjadi transportasi massal yang rawan bagi penyebaran Covid-19. Apalagi jika di dalamnya ada yang terinfeksi, namun tidak menunjukkan gejala apapaun (Orang Tanpa Gejala/OTG).

Kalau dibiarkan, dia khawatir PSBB akan gagal. Eks Wali Kota Bandung ini mengaku sudah lapor ke Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pusat dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Emil berharap pihak KRL merespons secara terukur menyikapi persoalan tersebut.

Seperti diketahui, pada awal menerapkan PSBB, lima kepala daerah penyangga Ibu Kota sudah meminta agar operasional KRL dihentikan. Mereka adalah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta pemerintah pusat mengambil sikap atas kasus tersebut. Dengan tetap membiarkan KRL beroperasi, pelaksanaan PSBB menjadi cacat. Sebab, terbukti KRL berpotensi besar menularkan Covid-19.

Baca juga : Pasien Positif Corona Kabur Dari Rumah Sakit

“Jika KRL tak dilarang, maka PSBB menjadi tidak efektif, bahkan potensi penularannya makin luas. Maka seharusnya KRL itu disetop operasi dalam masa PSBB, minimal selama 2 minggu, karena tidak ada di dunia manapun dalam masa lockdown angkutan massal seperti KRL boleh beroperasi,” ujarnya saat dihubungi semalam.

Namun, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Trans portasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno tidak sepandapat. Dia justru mengingatkan, jangan sampai dengan kasus ini malah menuding KRL yang menjadi biang keladi. Mengingat yang menyebarkan virus ini adalah manusia, bukan KRL.

Djoko mengimbau kepada Pemerintah Daerah (Pemda) yang mengusulkan operasional KRL dihentikan bisa menyediakan moda transportasi alternatif. “Kalo Pemda mau menyiapkan sejumlah armada bus, jangan hanya dari stasiun Bogor saja. Melainkan dari stasiun yang lain juga. Yang kapasitas jalannya lebih kecil dan hanya angkutan sekelas angkot yang bisa merambah stasiun tersebut,” tuturnya saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.

Menurutnya, jika operasional KRL dihentikan, justru akan menimbulkan masalah baru di Ibu Kota. Karena, masih banyak pekerja yang berasal dari pinggiran Jakarta. Terlebih di antara mereka bekerja di bidang strategis, seperti di sektor kesehatan, energi (PLTU Tanjung Priok).

Baca juga : Transjakarta Siapkan Hand Sanitizer dan Masker di 80 Halte

Jika tidak ada transportasi, tenaga medis dan pasokan listrik di Jakarta bisa terganggu. Begitu juga petugas pemadam kebakaran. Bisa kesulitan sampai ke lokasi kerja, dan bencana justru melan da. “Jika mereka bekerja di sektor kesehatan, perbankan, energi, tentunya akan membuat lumpuh aktivitas Kota Jakarta,” cetus Djoko.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto mengamini, penyebar virus bukanlah KRL, melainkan manusia. Menurutnya, tempat yang rawan penularan bukan cuma di KRL, tetapi lokasi yang memang ramai dikunjungi masyarakat.

“Batasi jumlah penumpang, pakai masker, jaga jarak. Penularan tidak hanya terjadi di KRL. Bisa di mana saja, di pabrik, kantor, pasar, jalanan, dan lain-lain. Bukan kereta yang membawa virus, tapi orangnya,” tegas pria yang biasa dipanggil Yuri. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.