Dark/Light Mode

Pilih Mana: 1. Lapar atau 2. Kena Covid

Orang Jakarta Pilih Nomor 2

Senin, 6 Juli 2020 06:46 WIB
Ilustrasi pasien positif Covid-19 dan para tenaga medis. (Foto: Antara)
Ilustrasi pasien positif Covid-19 dan para tenaga medis. (Foto: Antara)

 Sebelumnya 
Mirisnya, pada level tertular dengan orang terdekat seperti keluarga pun tak dihiraukan. Responden menganggap kemungkinan kecil tertular dari keluarga atau orang terdekat. "Pada level orang sekitar (terdekat), itu sama angkanya sekitar 76 persen menanggap kemungkinan sangat kecil," sebut Sulfikar.

Angka yang hampir sama juga terlihat dari jawaban responden ketika ditanya seberapa besar kemungkinan orang di lingkungan seperti tetangga dan tempat tinggal menularkan Covid-19. "70 persen mmenyatakan, kemungkinan tertular sangat kecil," tukas dia.

Kepercayaan diri warga DKI yang merasa tidak akan tertular Covid-19 bisa jadi diakibatkan karena banyak dari mereka yang tidak mengetahui orang di sekitar lingkungannya pernah terkena Covid-19. Sebanyak 94 persen responden menjawab tidak kenal orang yang pernah kena Covid-19. "Jadi, mayoritas orang di Jakarta, itu bisa jadi persepsi itu (kemungkinan kecil tertular) karena tidak pernah melihat orang di sekitar terkena Covid-19," pungkasnya. 

Baca juga : Kembali Terbangi Bali, Qatar Airways Siap Tambah Penerbangan ke Jakarta

Per kemarin, jumlah pasien positif Covid-19 di DKI bertambah 256 orang. Sehingga jumlah akumulatif pasien positif corona di DKI adalah 12.295 orang. Dari angka tersebut, jumlah pasien positif corona yang dinyatakan sembuh adalah 7.663 orang, sementara pasien meninggal dunia berjumlah 658 orang.

Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan, fenomena ini terjadi karena lambannya peran pemerintah dalam mengalokasikan jaring pengaman sosial. "Kan jelas pemerintah terlambat membagikan bansos akibat tumpang tindih data dan ada masalah ego sektoral antara pusat dan pemda. Selain itu, stimulus cairnya lambat sekali. Ini yang membuat tekanan ekonomi langsung menghantam kelas menengah bawah tanpa ampun," tegas Bhima kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menilai, saat pemerintah tak mampu memenuhi kebutuhan pokok warganya, maka virus adalah persoalan nomor dua. Ini yang membuat penurunan kasus positif corona lambat. "Jangan salahkan warga tak disiplin, tapi salahkan pemerintah karena insentifnya kurang," ungkapnya.

Baca juga : Pulihkan Citarum, Ini Cara KLHK Kelola Sampah Di Purwakarta

Dia menyarankan, pemerintah segera memperbaiki data penerima bansos. Lalu, percepat realisasi stimulus terutama untuk UMKM. Karena UMKM merupakan kunci recovery ekonomi di setiap krisis. "Di sisi lain, untuk warga DKI perlu meningkatkan tabungan sendiri untuk meningkatkan imunitas tubuh dan protokol kesehatan," ujarnya.

Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah sepakat tingkat kedisiplinan warga DKI sejak PSBB pertama hingga PSBB transisi relatif rendah.

Dia melihat itu terjadi terhadap warga yang tinggal di kampung-kampung, bantaran sungai, dan daerah pinggiran rel. "Meski begitu, kasus penutupan MCD Sarinah juga potret warga kelas menengah dan atas juga tak peduli terhadap publik health," jujurnya.

Baca juga : Mantap! Hari Ini Layanan GoRide Di Jakarta Aktif Lagi

Akan tetapi, dia tidak mau sepenuhnya menyalahkan masyarakat. Karena di kondisi saat ini pemerintah mesti lebih tanggap apa yang diinginkan rakyatnya. Menurutnya, bansos dan kartu pra kerja belum memberikan efek signifikan ketika protokol kesehatan harus diterapkan masyarakat.

"Sinergitas pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan. Jangan mementingkan ego sektoral apalagi memikirkan 2024," tegasnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.