Dark/Light Mode

Belum Ada Vaksinisasi

“Mau Buka Sekolah, Entar Dulu Deh”

Selasa, 24 November 2020 05:18 WIB
Ilustrasi guru mengajar secara daring sekaligus tatap muka kepada murid SDIT Nurul Amal, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Senin (16/11/2020). (Foto : NG Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)
Ilustrasi guru mengajar secara daring sekaligus tatap muka kepada murid SDIT Nurul Amal, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Senin (16/11/2020). (Foto : NG Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebelum ada vaksinasi, senaiknya siswa dari jenjang terbawah sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dilakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saja.

‘’Lebih baik, hanya kegiatan perkuliahan saja yang tatap muka,’’ saran anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Syarif.

Baca juga : Nadiem Izinkan Daerah Buka Sekolah Tatap Muka Lagi Tahun Depan

Dia beralasan, mengatur untuk menerapkan protokol kesehatan pada mahasiswa jauh lebih mudah. Siswa usia menengah, apalagi dasar, lebih sulit karena memerlukan pegawasan ketat. “Kampus aja dulu dibuka deh, yang usianya 19 sampai 25 tahun. Kalau sekolah entar dulu,” saran Syarif.

Politisi Partai Gerindra itu mengimbau, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tak gegabah. “Meski ada opsi pengurangan kapasitas ruang kelas, tetap susah diawasi. Jangan ambil risiko. Kalau belum aman, sekolah daring dulu,” tandasnya.

Baca juga : Corona Masih Parah, Buka Bioskopnya Tunda Dulu Ngapah!?

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani, punya pendapat berbeda. Dia menilai, adanya keinginan siswa belajar di sekolah, itu berita baik. Baginya, ini adalah doa ibu-ibu di seluruh Jakarta.

“Saya sangat mendukung keputusan ini. Saya masih tetap dengan pendirian, bahwa sekolah dan anak-anak adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” kata Zita, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Mulai 1 September, Kota Wuhan Buka Sekolah hingga TK

Disebutkannya, sudah banyak bukti PJJ menimbulkan korban pada anak. Seperti kasus seorang siswa di Kalimantan yang bunuh diri akibat stres dengan tugas menumpuk. Juga kasus seorang ibu yang tega membunuh anaknya akibat emosi sekolah daring.

Bahkan, lanjut Zita, jika merujuk pada data i-Ready Digital Instruction and Assessment Software, hanya 60 persen orang dengan pendapatan rendah yang login di online learning. Sedangkan orang kaya berada di angka 90 persen yang login di online learning. Ini membuktikan, lanjutnya, PJJ tidak hanya berhasil merenggut nyawa anak, tetapi juga telah mendiskriminasi pendidikan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.