Dark/Light Mode

Banyak Warga Ke Luar Kota Saat Libur Imlek

Kasus Corona Di DKI Rawan Meroket Lagi

Senin, 15 Februari 2021 06:05 WIB
Petugas gabungan Satgas COVID-19 melakukan pemeriksaan surat keterangan tes cepat antigen kepada wisatawan di jalur wisata Puncak, Gadog, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/2/2021). (Foto: NG Putu Waghyu Rama/RM)
Petugas gabungan Satgas COVID-19 melakukan pemeriksaan surat keterangan tes cepat antigen kepada wisatawan di jalur wisata Puncak, Gadog, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/2/2021). (Foto: NG Putu Waghyu Rama/RM)

 Sebelumnya 
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman heran dengan pemerintah dalam menyikapi libur panjang. Sebab, sudah berkali-kali berhadapan dengan momen libur panjang, pemerintah tidak mengubah strategi. Dan, cederung lebih mementingkan sektor ekonomi. Makanya tak heran pengendalian pandemi di Indonesia semakin buruk.

“Kebijakan yang dipilih ambigu. Memperketat, tapi nyatanya tidak. Hanya imbauan saja, pada prakteknya tidak ada pengetatan,” kritiknya.

Dicky menilai, Pemerintah tidak serius menjalankan srategi penanganan. Tidak ada upaya serius pembatasan mobilitas dan keramaian. Idealnya, harus ada lockdown total Jawa dan Bali. Tapi, pemerintah terlihat keberatan mengambil kebijakan lockdown. Menurutnya, selama opsi tegas ini tak diambil, maka semakin banyak yang harus ditangani dan yang harus diintervensi.

Baca juga : ASN Kudu Jadi Contoh Dong...

“Kematian kita meningkat. Karena bukan itu fokusnya penanganannya. Ingat lho, sudah banyak jatuh korban jiwa,” warning Dicky.

Dia menegaskan, kebijakan komprehensif wajib dilakukan. Supaya, masyarakat melihat ada konsistensi dan ketegasan antara aturan dan pelaksanaan kebijakan. “Selama Tidak ada satunya kata dan perbuatan. Pandemi akan semakin panjang di negara kita,” tandasnya.

Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Ede Surya Darmawan heran masyarakat tak waspada dan ambil pelajaran dari kasus kenaikan kasus Covid-19 setiap pasca libur panjang. Padahal, potensi kenaikan jumlah kasus usai libur panjang bisa sampai sebesar 40 persen.

Baca juga : Lagi, Anies Imbau Warga Ibu Kota Tak Bepergian Saat Libur Imlek

“Satu-satunya meredam penu­laran, adalah memutus hubungan orang agar tidak berkomu­nikasi dalam hal ketemu fisik sehingga tidak terjadi penularan,” jelasnya.

Dikatakannya, jika pembatasan ketat dan serius, kasus akan bergerak lambat. Misalnya, seperti saat Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat di awal April 2020. Menurut Ede, pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro, sebenarnya ideal. Namun, aturan jangan hanya di atas kertas saja.

Ketua IDI Jakarta Slamet Budiarto menambahkan, kebijakan apapun tidak akan efektif jika masyarakatnya tetap melanggar protokol kesehatan. “Biasanya dua minggu setelah liburan kan melonjak kasusnya. Nah, masyarakat juga harus disiplin dan belajar dari pengalaman tadi,” kata Slamet. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.