Dark/Light Mode

Diserang Corona India, Inggris Dan Afsel

Jakarta Genting

Rabu, 16 Juni 2021 07:55 WIB
Suasana pemakaman Covid-19 di TPU Srengseng Sawah, Jakarta, Selasa (15/6/20210. Jakarta saat ini sedang memasuki fase amat genting karena lonjakan drastis kasus Covid-19. (Rizki Syahputra/RM)
Suasana pemakaman Covid-19 di TPU Srengseng Sawah, Jakarta, Selasa (15/6/20210. Jakarta saat ini sedang memasuki fase amat genting karena lonjakan drastis kasus Covid-19. (Rizki Syahputra/RM)

 Sebelumnya 
Jakarta Masih Macet

Tingginya kasus Corona di Ibu Kota, tak membuat warganya panik. Aktivitas warga masih berjalan normal seperti biasa. Pasca Lebaran, berbagai ruas jalanan Ibu Kota tetap macet. Pasar tradisional hingga Mall tetap ramai didatangi pengunjung.

Kondisi ini tentu saja bikin gregetan. Koordinator Humas Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet, Letkol Laut M Arifin bahkan meminta Anies tak ragu untuk menarik rem darurat demi membatasi mobilitas warga.

Baca juga : Baru Seminggu Dibangun, Kuil Dewi Corona Di India Dihancurkan

Kalau perlu, berlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti pada 2020. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berskala mikro, menurut dia, tak efektif lagi.

Kalau tidak, dalam waktu dekat layanan rumah sakit akan kolaps. Saat ini kata dia, kenaikan pasien di RSD Wisma Atlet Kemayoran, sebanyak 200-400 pasien baru setiap harinya. Antrean warga dan ambulans yang datang ke Wisma Atlet tak bisa terelakkan lagi. “Sekarang ya Wisma Atlet lampu kuning menuju merah, tetap waspada,” ujarnya.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, pihaknya menambah 2.000 tempat tidur di RS Darurat Wisma Atlet untuk mendukung penanganan lonjakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta. Satgas juga membantu menyiagakan 31 fasilitas karantina terpusat lainnya di DKI Jakarta dengan total lebih dari 8.000 tempat tidur.

Baca juga : Menkes: Varian India Tersebar Di Jakarta-Kudus-Bangkalan

Wiku mengingatkan agar masyatakat tanggal dengan onjakan kasus ini. “Keberhasilan upaya ini sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat,” kata Wiku, kemarin.

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman mengatakan, Pemprov DKI Jakarta harus segera melakukan karantina untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Apalagi sudah ditemukan 3 varian baru dari virus Corona.

Menurut dia, penerapan protokol kesehatan (prokes) saja tak cukup untuk menangkal varian baru Covid-19. Apalagi untuk menangkal virus asal India yang dikenal lebih cepat menular. “Jadi tak cukup menangani pandemi hanya dengan menerapkan protokol kesehatan,” kata Dicky, saat dikontak, tadi malam.

Baca juga : RS Darurat Wisma Atlet Jadi Benar-benar Darurat

Kata Dicky, sejumlah negara berhasil menangani virus varian Delta dengan meningkatkan vaksinasi, testing, tracing, treatment (3T), dan karantina. “Tidak ada cara lain untuk menangani ledakan kasus” ujar Dicky.

Senada disampaikan epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko. Kata dia, setelah varian baru terdeteksi mengakibatkan ledakan kasus di Kudus dan Bangkalan, Jakarta mestinya melakukan karantina. Menutup akses keluar masuk.

Saat ini, kata dia, sudah tak relevan lagi membicarakan asal mula penularan varian baru masuk ke Indonesia. Sebab, faktanya, hasil mutasi varian baru itu sudah ada di Indonesia dan sedang menjalar. “Nggak usah bicara siapa yang datang darimana. Sekarang kita bicara melawan varian baru dengan senjata yang lama,” katanya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.