Dark/Light Mode

Ngobrol Dengan Dirut PT Telkom Ririek Adriansyah

Kerasnya Bisnis Digital, Lambat Sedikit Bisa Terpental

Minggu, 19 Desember 2021 06:50 WIB
Dirut PT Telkom Ririek Adriansyah, saat berbincang di Muda Podcast-RM, dengan host Ketua BUMN Muda Soleh Ayubi (kiri) dan Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara (kanan).
Dirut PT Telkom Ririek Adriansyah, saat berbincang di Muda Podcast-RM, dengan host Ketua BUMN Muda Soleh Ayubi (kiri) dan Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara (kanan).

 Sebelumnya 
Sekarang, orang beralih lagi ke smartphone atau telepon pintar. Sehingga cara orang berkomunikasi berubah lagi, karena menggunakan layanan data, atau aplikasi seperti what up, dengan video call atau voice call yang biayanya hanya sepersepuluh telepon biasa. Komunikasi yang mengandalkan fitur suara dan SMS (short message service) atau pesan singkat mulai ditinggalkan. “Dulu, tahun 90-an ada pager, easy call. Tapi begitu handphone masuk, orang kirim SMS sendiri. Sekarang, SMS pun hilang begitu saja,” katanya. Revenue dari layanan suara, masih mendominasi pendapatan Telkom sampai tahun 2017. Kini hanya tersisa 20 persen saja.

Saat ini, teknologi terus berkembang. Layanan data, mulai masuk sejak tahun 2008, dan tiap waktunya menghadirkan generasi baru. Setelah GPRS, lalu muncul EDGE, 3G, 4G hingga 5G yang mulai dikembangkan saat ini. Itu membuat Telkom harus terus berbenah dan merumuskan strategic direction.

Baca juga : Ngobrol Dengan PM Malaysia, Jokowi Tekankan Pentingnya Kerja Sama Perlindungan WNI

Apa saja pembenahannya? Ririek menjelaskan, tiga pilar portofolio besar harus dikejar. Pertama, digital connectivity. Yaitu telekomunikasi dalam bentuk suara, data, broadband, satelit dan lainnya. Kedua, digital platform. Yakni data center, cloud hingga big data, Terakhir, ketiga adalah digital services, yaitu layanan dalam bentuk aplikasi.

Teknologi itu, sifat lifecycle-nya semakin cepat berubah. Misal, on-hand punya perencanaan lima tahun. Tapi, faktualnya, setiap tahun rolling. Ditinjau, karena tiba-tiba saja muncul teknologi baru, yang cukup besar dampaknya.

Baca juga : Peruri Gaet Telkom Perkuat Transaksi Keuangan Digital

Bagaimana strategi bisnis di tengah pandemi? Penopang bisnis Telkom yang naik daun di saat krisis kesehatan, adalah layanan IndiHome. “Hero-nya adalah IndiHome, karena banyak orang membutuhkan jaringan internet saat pembatasan mobilitas, dan ketika kasus Covid melonjak,” ujarnya.

Memang ada kendala dan tantangan tersendiri. Sebab, pemasangan IndiHome membutuhkan layanan yang bersifat aktivitas fisik, sehingga pekerja Telkom harus datang ke rumah pelanggan. Tapi Alhamdulillah, bisa berjalan. Pendapatan IndiHome sepanjang 2021 tercatat naik sampai 21 persen, dan menjadi penyokong utama laba PT Telkom.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.