Dark/Light Mode

Ratusan Pesantren Disebut Terafiliasi Teroris

Ulama Khawatir Citra Pesantren Jadi Rusak

Minggu, 30 Januari 2022 06:30 WIB
Wakil Ketua Umum MUI KH Cholil Nafis (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua Umum MUI KH Cholil Nafis (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Sebelumnya, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar menyebut, dari 198 pesantren tersebut, 11 di antaranya terafiliasi dengan jaringan organisasi teroris Jamaah Anshorut Khilafah (JAK), 68 pesantren terafiliasi dengan Jemaah Islamiyah (JI), dan 119 terafiliasi dengan Ansharut Daulah atau simpatisan ISIS. Data ini diungkapkan Boy dalam RDP dengan Komisi III DPR yang digelar Selasa (25/1). Selain Ponpes, BNPT memetakan rumah singgah di daerah diduga juga berkaitan dengan jaringan teroris. Rumah tersebut tersebar di beberapa daerah di Jawa Barat seperti Depok, Karawang, dan Cilacap. 

Menanggapi berbagai kritikan ini, BNPT langsung meluruskan. Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Ahmad Nurwakhid menyebut, ini data intelijen. “Terafiliasi 198 itu antara lain bisa jadi terafiliasi secara ideologi tadi. Kedua, bisa jadi mereka terafiliasi memang ada kolaborasi, ada koneksi ataupun kerja sama antara mereka,” kata Nurwakhid. 

Ada juga sejumlah jaringan teroris yang eksis di Indonesia mendirikan pondok pesantren untuk mengembangkan ajarannya dengan terselubung serta berkamuflase. Mereka dirikan seolaholah moderat atau dengan cara-cara legal, seperti Jamaah Islamiyah.

Baca juga : Kasus Positif Terendah Di 2021, Semua Provinsi Di Pulau Jawa Masuk 6 Besar Kontributor

“Kan, banyak seperti itu. Ini namanya strategi tamkin, atau taqiyyah atau menyamar. Bersembunyi atau berkamuflase untuk menyembunyikan agendanya,” bebernya.

Warganet terbelah soal ini. Ada yang khawatir dengan informasi BNPT ini. Seperti akun @ahmadsalam0741 yang ikutan resah. “Bukan hanya pengelola yang resah, para orangtua yang menitipkan anaknya di pesantren ikut resah. Gampang membuat pernyataan, tapi minim tindakan,” kicaunya senada dengan @thussaini71.

“Semoga pernyataan ini tidak menyurutkan para kiai, guru agama Islam, ustaz, dan orang tua serta donatur untuk tetap semangat menjalankan kegiatan di pesantren. Tanpa indikator yang jelas, diksi radikal itu memang bisa ke mana-mana,” cuitnya.

Baca juga : Mahfud MD Ajak Ulama Dan Santri Jaga NKRI

Ada juga yang menilai kekhawatiran terhadap pernyataan BNPT berlebihan. Tweeps @de_Vawzi menilai, Komjen Boy bukan bermaksud bikin fobia pesantren. “Tetapi agar para awam cerdas memilih pesantren sesuai dengan keinginan, terkait karakter pesantren yang akan dituju. Pengelola pesantren tak harus tersinggung, kalau tidak merasa berafiliasi,” nilainya.

Hal serupa disampaikan @Kang_Mustain99. “Sebetulnya tidak perlu resah jika pengelola pesantren tidak terafiliasi dengan jaringan teroris. Pesantren besar-besar kayak Sarang, Lirboyo, Ploso dan Sukorejo Situbondo adem ayem karena tidak punya sejarah memproduksi teroris,” tulisnya. 

Aktivis NU @na_dirs menengahi. “Ayo buka-bukaan data saja. Biar jelas 198 pesantren yang dimaksud BNPT itu apa saja, dan jangan sampai mayoritas pesantren yang kena stigma. Cara labelling kayak gini bisa malah berbahaya jadi bola liar,” sarannya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.