Dark/Light Mode

Dijagokan PDIP Jadi Kepala IKN

Ahok, Mulutnya Itu...

Rabu, 2 Februari 2022 08:50 WIB
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (Foto: Twitter Ahok)
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (Foto: Twitter Ahok)

RM.id  Rakyat Merdeka - PDIP nampak serius mendorong Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk menjadi Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) baru. Dilihat dari sisi kemampuan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu memang oke. Tapi, Ahok punya kelemahan di mulutnya, yang suka ceplas-ceplos bahkan memaki tanpa basa-basi.

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto menyebut, Ahok cocok memimpin IKN Nusantara. Menurut Hasto, Ahok yang kini menjadi Komisaris Utama Pertamina, memenuhi syarat dan sesuai dengan kriteria yang diharapkan PDIP. 

Menurut Hasto, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah berdiskusi panjang dengan Jokowi terkait Kepala DKI Nusantara ini. "Kami serahkan sepenuhnya kepada Presiden. Hanya saja, ketika partai diminta, kami punya nama-nama yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bapak Presiden," kata Hasto, di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (27/1) lalu. 

Baca juga : Hasto Ngaku Nggak Maksa

PDIP menganggap Ahok berhasil saat memimpin DKI Jakarta. Meski begitu, Hasto memastikan, PDIP tidak ngotot. "Siapa yang akan diputuskan, itu kami serahkan kepada Presiden Jokowi. Hanya saja PDIP punya nama nama calon yang memenuhi syarat untuk itu, termasuk Pak Basuki Tjahaja Purnama," ujarnya.

Kinerja Ahok saat memimpin Jakarta memang bagus. Pembangunan infrastruktur sukses, pelayanan publik juga baik. Namun, Ahok punya masalah di mulutnya. Dia terlalu blak-blakan. Berani umbar aib sana-sini, kalau menurutnya tidak pas. Semuanya disatir. Bukan cuma pejabat, tapi juga rakyat kecil. Seperti yang pernah dialami warga DKI bernama Yusri Isnaeni, yang hendak mengadu serta mempertanyakan mekanisme penggunaan Kartu Jakarta Pintar (KJP). 

Sekitar dua menit mengadu, bukan jawaban yang Yusri terima, melainkan tudingan. Ahok menuding Yusri termasuk oknum penyeleweng KJP. Nadanya tinggi. Bahkan Ahok menggunakan kata “maling” kepada Yusri, dan meminta aparat penegak hukum memenjarakan janda berusia 43 tahun itu.

Baca juga : Banteng Jagokan Ahok Jadi Kepala Otoritas Ibu Kota Nusantara

Omongan Ahok banyak yang keras. Nadanya selalu tinggi. Lebih cocok disebut maki-maki. Saat ada anak buahnya melakukan kesalahan fatal, Ahok tak ragu langsung memecat. Saat dia memimpin, ratusan PNS DKI dipecat olehnya. Itu diakui sendiri oleh mantan Bupati Belitung Timur tersebut. Para abdi negara yang dipecat kebanyakan karena mereka indisipliner atau ketahuan terlibat pungutan liar.

Klimaks masalah omongan Ahok terjadi di tahun 2017. Saat itu, dia menyitir Surat Al-Maidah Ayat 51. Majelis Ulama Indonesia (MUI) lalu mengeluarkan fatwa Ahok melakukan penistaan agama. Demo besar-besaran pun terjadi. Dalam proses hukum, Ahok dinyatakan bersalah dan harus mendekam 2 tahun di penjara.

Lantas, apakah Ahok cocok memimpin IKN Nusantara? Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai, Ahok kurang cocok. Sebab, dengan gaya omongannya itu, Ahok bisa menambah kontroversi pemindahan IKN. “Ahok memiliki banyak permasalahan yang berpotensi membuat kinerjanya tidak baik untuk IKN,” ucapnya.

Baca juga : Risma Nggak Kepedean

Selain masalah mulutnya, kata Jerry, Ahok juga masih sering dikait-kaitkan dengan kasus pembelian Rumah Sakit Sumber Waras. Kasus ini akan menjadi peluru bagi pihak-pihak tertentu untuk menyerang Ahok. "Coba ingat, belum lama ini Ahok juga dilaporkan ke KPK soal dugaan kasus korupsi RS Sumber Waras," ucapnya.

Karena itu, Jerry menyarankan Jokowi untuk tak menuruti keinginan PDIP mendorong Ahok jadi Kepala Otorita IKN Nusantara. "Sebaiknya Presiden Joko Widodo cari alternatif orang lain saja," ucap dia. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.