Dark/Light Mode

Cerita Miris Para Pemburu Minyak Goreng

Badan Didorong, Jari Dicelup Tinta

Minggu, 6 Maret 2022 08:45 WIB
Warga antre beli minyak goreng (migor) di Pasar Alang Alang Lebar, Palembang, Sumatera Selatan, kemarin. (ANTARA FOTO)
Warga antre beli minyak goreng (migor) di Pasar Alang Alang Lebar, Palembang, Sumatera Selatan, kemarin. (ANTARA FOTO)

 Sebelumnya 
Kementerian Perdagangan (Kemendag) ikut geram dengan masih terjadinya kelangkaan migor di berbagai daerah. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan menuding tidak lancarnya distribusi hingga ke pasar-pasar tradisional menjadi biang kerok utama kelangkaan migor. Padahal, sejak 14 Februari 2022, Kemendag sudah mengalokasikan dan mendistribusikan lebih dari 300 juta ton migor, dan sampai perkiraan akhir minggu ini, sudah dipasok 340 juta ton.

“Jadi, harusnya aman, harusnya banjir. Permasalahannya, sampai ke wilayah-wilayah pasokan, itu sudah dialirkan. Ternyata ‘bendungannya’ sudah penuh, ‘irigasinya’ tidak lancar. Ini yang menyebabkan ada dampak kelangkaan,” ungkap Oke.

Implementasi HET (harga eceran tertinggi), sebenarnya sudah berjalan baik, terutama di ritel modern. Tetapi, kemampuan ritel modern untuk menjual migor dengan HET hanya sekitar 25 juta ton. Sementara kebutuhan pasokan minyak goreng per bulan mencapai 327 juta ton. Sehingga masih ada sekitar 300 juta yang harus didistribusikan melalui pasar tradisional.

Baca juga : Perusahaan Haji Isam Bikin Pabrik Minyak Goreng Di Kalsel

“Dari aliran irigasinya ada yang belok ke perumahan, padahal harusnya ke sawah yang nyumpelnya akan kita tindak tegas. Intinya kita lakukan tindakan,” jelasnya.

Sembari menunggu proses distribusi berjalan lancar, pemerintah akhirnya mengambil inisiatif untuk memasok langsung migor curah ke pasar-pasar tradisional. “Masyarakat tidak bisa menunggu distribusi ini lancar. Maka saat ini pemerintah bekerja sama dengan pemerintah daerah langsung memasok ke pasar rakyat,” pungkasnya

Irjen Kementerian Perdagangan (Kemendag), Didid Noordiatmoko mengatakan, saat ini produksi migor sudah mendekati kebutuhan. Ia yakin, kelangkaan bisa teratasi paling lambat akhir bulan ini.

Baca juga : Antre Pagi, Dapat Sore

“Persediaan sebenarnya tersedia. Selisih kebutuhan ini sudah mendekati normal. Akhir bulan ini secara teoritis sudah cukup,” kata Didid.

Ketika ditanya mengapa kelangkaan minyak goreng ini berlarut-larut, Didid mengatakan, hal ini lantaran kompleksnya persoalan dari hulu hingga ke hilir.

Padahal, pemerintah secara bertahap sudah menyelesaikan persoalan produksi hingga distribusi. Sehingga migor dapat diperoleh dengan mudah dan harga yang terjangkau di masyarakat.

Baca juga : Asiana Technologies Garap Proyek Pengendali Banjir Di Filipina

Akan tetapi, muncul persoalan baru yang merupakan dampak dari kenaikan harga dan kelangkaan barang yakni panic buying. Lantaran sempat kesulitan mendapatkan minyak goreng dengan harga yang terjangkau, membuat masyarakat membeli melebih kebutuhan ketika mendapatkan kesempatan.

Padahal hasil riset menyebutkan kebutuhan minyak goreng per orang hanya 0,8-1 liter per bulan. Artinya, kini banyak rumah tangga menyetok minyak goreng. “Tapi ini baru terindikasi,” pungkasnya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.