Dark/Light Mode

Hepatitis Dalam Disease Outbreak News WHO, Perlu Waspada, Tapi Jangan Panik Berlebihan

Rabu, 4 Mei 2022 13:27 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama kembali menyoroti soal penyakit hepatitis akut berat, yang penyebabnya masih misterius. 

Hingga 3 Mei 2022, WHO Kantor Amerika mengumumkan, kasus hepatitis akut misterius telah menjangkiti 20 negara di dunia. Jumlah kasusnya, lebih dari 200.

Notifikasi kasus ini pertama kali diterima WHO dari Inggris, pada 5 April 2022.

Selanjutnya, kasus tersebut dimasukkan ke dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO 15 April 2022, yang kemudian disebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Organisasi Kesehatan Dunia.

Baca juga : Layani Pemudik Anak-anak, Sediakan Klinik Kesehatan

"Perlu diketahui, jika ada kasus penyakit apa pun di dunia yang sifatnya tidak biasa, maka WHO akan memasukkannya dalam Disease Outbreak News (DONs). Ini adalah prosedur rutin di WHO, untuk menyajikan informasi mengenai kejadian kesehatan masyarakat yang penting. Atau berpotensi menjadi hal penting," jelas Prof. Tjandra dalam keterangannya, Rabu (4/5).

Sepanjang April 2022, ada 10 penyakit yang masuk dalam DONs WHO.

Dalam konteks ini, hepatitis akut misterius tercatat sebagai laporan pertama di Inggris dan Irlandia, pada 15 April. Disusul laporan berikutnya di berbagai negara, pada 23 April.

Selanjutnya, ada ebola di Kongo, Japanese encephalitis di Australia, Salmoneum thypimurium di berbagai negara, kolera di Malawi, malaria di Somalia, demam kuning di Uganda, VDPV (vaccine derived polio virus) tipe 3 di Israel, dan MERS CoV di Arab Saudi.

Baca juga : Optimis Pasar Kartu Kredit Tumbuh, JCB Perluas Jaringan Kemitraan di Asia Tenggara

"Ada banyak. Bukan hanya hepatitis. Artinya, penempatan penyakit tertentu di dalam DONs dimaksudkan agar dunia mengetahui informasi awal, dan menjadi perhatian bersama. Belum tentu, akan menjadi wabah luas dunia. Atau sebaliknya," papar Prof. Tjandra.

"Tegasnya, kita jelas perlu waspada. Tetapi tidak perlu juga menjadi panik tidak beralasan," tandas Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini. 

Negara tentu perlu mengambil langkah antisipasi yang diperlukan. Masyarakat pun harus melakukan langkah kewaspadaan, pada masing-masing keluarga.

"Sementara itu, kita terus ikuti bukti-bukti ilmiah yang akan tersedia dalam hari-hari mendatang ini," pungkas Prof. Tjandra, yang juga mantan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan. [HES]

Baca juga : Ke Final Orleans Masters 2022, Putri KW: Saya Tampil Tanpa Beban

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.