Dark/Light Mode

Puluhan Tuna Netra & Tuna Rungu Nonton Bareng

KKN Di Desa Penari Ditonton Dalam Keheningan Dan Kegelapan

Sabtu, 28 Mei 2022 18:08 WIB
Kaum tuna netra dan tuna rungu nonton bareng film KKN di Desa Penari bersama Yayasan Matahatiku di One Belpark Mall, kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (28/5). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)
Kaum tuna netra dan tuna rungu nonton bareng film KKN di Desa Penari bersama Yayasan Matahatiku di One Belpark Mall, kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (28/5). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagaimana rasanya menonton film bareng para tuna netra dan tuna rungu? Seru. Memiliki penglihatan atau pendengaran terbatas, namun mereka sangat semangat dan antusias menikmati tontonan di bioskop.

Rakyat Merdeka ikut hadir bersama Yayasan Matahatiku nonton bareng film KKN Di Desa Penari, di One Belpark Mall di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (28/5).

Tontonan ini masuk film horor terlaris di Indonesia, dan sudah mencapai 8 juta penonton. MD Pictures, perusahaan yang memproduksi film itu, memberikan sekitar 100 seat di studio 5, untuk para penyandang disabilitas. Agar dapat menyaksikan tontonan tersebut.

 

Fajri Hidayatullah (kanan), disabilitas tuna netra yang memiliki banyak pengalaman organisasi, saat menceritakan detail isi film KKN di Desa Penari. (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)

 

Baca juga : Potensi Ekonomi Digital Perlu Ditopang Kualitas Jaringan Dan Keamanan Data

Rakyat Merdeka duduk di kursi depan. Di samping kiri, ada Fajri Hidayatullah, disabilitas tuna netra yang memiliki banyak pengalaman organisasi.

Mahasiswa S2 di Universitas Muhammadiyah Jakarta itu, saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Disabilitas Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah.

Fajri tampak menikmati tontonan horor itu. Dia malah ngakak-ngakak saat Rakyat Merdeka menutup mata. Tak kuat melihat adegan menakutkan di film.

“Kakak ngobrol aja denganku. Kalau takut lihat filmnya,” kata dia.

Fajri tak bisa melihat, tapi dia malah menceritakan detail isi filmnya.

Baca juga : Menteri Siti Gembleng 28 Desa Dalam Penanganan Karhutla

“Nanti, Mbah Buyut ini justru akan membantu mengusir roh-roh jahat yang mengganggu mahasiswa KKN itu,” katanya.

Rupanya sebelum menonton film, Fajri sudah membaca sinopsisnya. Fajri juga bisa tahu, yang mana Mbah Buyut, hanya dari mendengar dialog di film.

Pendengarannya juga tajam. Sehingga, bisa membedakan mana scene saat siang hari dan malam hari.

Saya yang duduk di sampingnya, tak perlu menggambarkan detail, dia sudah tahu. Sawah, ladang jagung, hutan yang ditayangkan dalam film, gambarannya bisa dia pahami.

Di samping kiri Fajri, ada Hilmi Almassawa. Tuna netra yang juga mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Baca juga : Bupati Banjarnegara Tantang KPK Buktikan Penerimaan Uang

Hebatnya lagi, Hilmi juga dikenal sebagai barista dan menjadi peracik kopi di Mata Hati Café, Kawasan Pondok Aren, Jakarta.

“Saya menutup mata ini, nggak berani lihat adegan horor,” kata Rakyat Merdeka.

Hilmi malah ngakak-ngakak. “Mbak, jangan takut, ini kan cuma film,” katanya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.