Dark/Light Mode

Dorong Kebaya Jadi Warisan Tak Benda UNESCO

Ketua Perempuan Berkebaya: Kita Harus Gercep, Jangan Sampai Keduluan Negara Lain

Sabtu, 11 Juni 2022 13:53 WIB
Ketua Perempuan Berkebaya Rahmi Hidayati (Foto: Instagram)
Ketua Perempuan Berkebaya Rahmi Hidayati (Foto: Instagram)

 Sebelumnya 
Bahkan, acara Jalan Sehat Berkebaya di CFD pada 19 Juni 2022 yang diinisiasi Perempuan Berkebaya, disambut antusias.

Event ini digelar untuk merayakan HUT Jakarta ke-495. Sekaligus menggaungkan rencana mendaftarkan kebaya ke UNESCO.

“Baru sehari dibuka, pendaftarnya sudah lebih dari 500. Padahal awalnya, saya hanya memperkirakan akan diikuti 100-an orang saja,” ucap Rahmi.

"Ratusan wanita berkebaya, nantinya akan jalan santai dari FX Sudirman sampai ke Bundaran HI. Dilanjutkan acara seru-seruan seperti menari dan sebagainya,” jelasnya.

Baca juga : Perhatikan Ketentuan Barang Bawaan Haji, Jangan Sampai Koper Dibongkar

Rahmi bersyukur, kegiatan Perempuan Berkebaya didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Termasuk, untuk pendaftaran ke UNESCO.

“Kemenko PMK dan Kemdikbud Ristek sangat support. Mereka akan membantu untuk keperluan pendaftaran ke UNESCO,” tutur Rahmi.

Lestarikan Budaya

Untuk terus melestarikan budaya, khususnya kebaya, Rahmi mengimbau semua pihak, agar bergerak bersama. Tak hanya menjadikan budaya sebagai tren, tapi harus memahami sejarah.

Baca juga : DPRD Ingatkan BUMD DKI Jangan Sembarangan Beli Lahan

"Harus dipahami, bahwa kebaya itu ada pakemnya. Pakai kebaya, sebaiknya dengan kain, bisa batik atau tenun. Aslinya kebaya lengan panjang, tapi bisa dimodifikasi jadi lengan 3/4 atau lengan pendek," jelas Rahmi.

"Yang lengan buntung, bukan kebaya. Karena salah satu pakemnya adalah menutup lengan," sambungnya.

Menurut sejarah, kebaya muncul ketika Islam menyebar di Tanah Air. Kebaya adalah upaya penyebar ajaran Islam, agar wanita yang tadinya hanya memakai kemben, menutup auratnya dengan kebaya. 

Rahmi bilang, budaya sebaiknya tak hanya dilestarikan. Lebih dari itu, harus ditanamkan dan dibangun secara luas.

Baca juga : Puan Maharani: Tak Ada Pencapaian Yang Instan, Harus Kerja Keras

“Sehingga, budaya kita tetap kokoh, meski banyak budaya luar yang masuk. Jangan sampai budaya, terutama kebaya, tergerus tsunami budaya luar yang masuk ke dalam negeri,” tandasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.