Dark/Light Mode

Larang Pakai Atribut NU

Gus Yahya Bisa Picu Gerakan Anti PBNU Lho

Senin, 8 Agustus 2022 08:00 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf. (Foto: Istimewa)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Diingatkan, PKB menjadi salah satu partai alat perjuangan politik NU. Maka sangat aneh jika hari ini PBNU seolah ingin bebas dari politik praktis. “Yahya Staquf terlalu naif, Bendahara Umum PBNU yang terjerat kasus rasuah, itu kader Parpol. Jadi bagaimana mereka bisa dipercaya dalam instruksi larangan berpolitik jika pengurusnya saja elit parpol. Naif,” kritiknya.

Basis identitas dan primordialisme, apakah sepenuhnya haram untuk demokrasi. Sejauh mana batasnya? “Yang haram dalam politik itu sektarianisme yang bikin memecah belah. Bukan identitas, primordial, atau apa­pun yang kaitan dengan kelompok,” pungkasnya.

Sementara itu Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKB, Daniel Johan masih bingung dengan pernyataan Gus Yahya. Sebab, partai yang lahir dibidani tokoh-tokoh NU ini tak bisa dipisahkan dari ormas keagamaan ini. “Logo PKB saja identik dengan lambang Nahdlatul Ulama. Ini kan partai warisan dari para pendiri, kiai-kiai khos dan sepuh NU,” kata Daniel Johan kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Imin Susah Jualan NU

Diingatkan, dari mulai pusat hingga cabang se-Indonesia, PKB saat awal, didirikan pengurus NU dengan slogan PKB dari NU untuk Bangsa. “Dasar pendiriannya pun resmi surat kop NU,” ujarnya.

Oleh karena itu lah, PKB tidak bisa dipisahkan dari identitas NU. Namun demikian, Daniel memastikan PKB terus berusaha tak pernah membawa atribut NU saat berkampanye. “Kalau kampanye, acara partai ya bendera PKB dong. Bahwa ada identitas NU, ya itu sejarahnya,” sebutnya.

Sebelumnya, Gus Yahya menyampaikan imbauan kepada para kontestan Pemilu 2024 agar tidak menggunakan identitas sebagai senjata meraih kemenangan, termasuk identitas Nahdlatul Ulama (NU) saat acara 10 Tahun Forum Pemred di Kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (5/8).

Baca juga : Kabar Baik Untuk Yang Namanya Agus, Bisa Sunat Gratis Di Bulan Ini

“Sebuntu apapun para kontestan ini di dalam menonjolkan atau di dalam menghadapi kompetisi yang ada, kita mohon betul supaya jangan menggunakan identitas sebagai senjata, apakah itu identitas etnik, agama, termasuk NU,” imbau Gus Yahya.

Menurutnya, hal ini perlu ditekankan, sebab NU sering dikejar-kejar kontestan Pemilu. Berbeda dengan Muhammadiyah yang menurutnya bisa mengambil jarak. “Muhammadiyah ini bisa bebas mengambil jarak dari kompetisi semacam ini. NU ini mau lari pun dikejar-kejar. Jadi, kita perlu punya perhatian yang lebih terkait dengan hal ini,” tandasnya.

Lebih jauh, Gus Yahya mengingatkan, pesta demokrasi lima tahunan mendatang tidak boleh menyebabkan perpecahan di tengah masyarakat. “Kita ingin semuanya terus bersatu, terus harmonis, apapun kompetisi yang akan berlangsung, sekeras apapun,” pintanya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.