Dark/Light Mode

Harga Mati, Kebaya Cuma Milik Indonesia

Selasa, 9 Agustus 2022 16:08 WIB
Poster Kebaya Goes To Unesco. (Foto: Istimewa)
Poster Kebaya Goes To Unesco. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Muncul kekhawatiran identitas bangsa Indonesia memudar. Sejak beberapa waktu lalu, bangsa ini punya masalah jati diri. Sebagian wilayah diklaim negara tetangga, bahasa Indonesia yang terdesak bahasa asing. Warganya lebih suka produk asing dibanding buatan dalam negeri. Masih banyak lagi.

Begitupun dalam bidang budaya. Susah benar mempertahankan warisan leluhur. Banyak kebudayaan kita yang lenyap dibiarkan tenggelam. Bahkan, banyak yang diakui bangsa lain.

Beberapa waktu lalu pernah heboh karena salah satu produk budaya Indonesia diklaim sebagai tradisi negara tetangga. Tapi, itu tidak jadi pelajaran untuk mempertahankan budaya lainnya.

Baca juga : Tarif Angkutan Laut Kemurahan, INSA Minta Insentif Tambahan

Sekarang, tengah ada wacana mendaftarkan kebaya ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia takbenda. Ini merupakan salah satu upaya mempertahankan budaya. Tapi, lagi-lagi Pemerintah melemah. Alih-alih menjaga kebaya sebagai identitas bangsa Indonesia, malahan memilih mengajukan bersama-sama dengan Malaysia, Singapura, dan Brunei. Melalui balutan istilah multi-nations. Jika dikabulkan oleh UNESCO, nantinya kebaya akan menjadi “warisan” yang berasal dari empat negara tersebut. Ini dapat membingungkan jika kita melihat kebaya sebagai identitas.

Bisa jadi benar, busana kebaya digunakan di empat negara tersebut. Tapi, masing-masing punya ciri. Latar budayanya berbeda. Digunakan dalam rentang waktu yang berbeda pula. Hal ini justru dapat membiaskan asal-usul kebaya itu sendiri.

Kami yakin, dalam kontek tradisi, Indonesia memiliki cerita tentang kebaya yang lebih panjang dibanding ketiga negara tersebut. Bukan hal mustahil suatu ketika ada pernyataan bahwa bangsa Indonesia hanya “ikut-ikutan” pakai kebaya, dan “ikut-ikutan” mendaftarkan ke UNESCO.

Baca juga : Jokowi Terbayang Demonya

Jika wacana di atas dijadikan keputusan negara, lalu kebaya dianggap sebagai tradisi yang berasal dari  keempat negara tersebut, maka akan berdampak cukup besar pada warisan budaya lainnya.

Bayangkan jika satu per satu budaya milik kita dicicil untuk didaftarkan oleh negara lain dengan pola “bersama”. Kelak, anak-cucu kita akan benar-benar mengalami kebingungan akar. Mereka bahkan tidak tahu lagi yang mana budaya asli nenek-moyangnya dan mana budaya dari bangsa lain. Semuanya akan berbaur dan akhirnya identitas bangsa tak hanya memudar, tetapi hilang.

Alangkah lebih elok apabila kita berani bersaing mempertahankan identitas tersebut di ajang manapun, bahkan di UNESCO, dalam hal pendaftaran produk budaya apapun. Toh pada akhirnya UNESCO yang akan memutuskan berdasarkan berbagai pertimbangan. Sebab jika identitas kita sudah hilang, maka kita bakal kehilangan lebih banyak hal lain.

Baca juga : Kok Kenapa Nggak Heboh

Pendaftaran warisan budaya ke UNESCO hanyalah sebuah cara baru dalam peradaban manusia modern dalam rangka mempertahankan warisan atas wisdom yamg berasal dari pendahulu bangsanya. Namun, substansinya bukanlah soal penetapan dari UNESCO, tapi bagaimana kita mengekspresikan rasa hormat pada wisdom tersebut.

Heru & Amelya Nugroho

Pasangan Penggiat Budaya Nusantara

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.