Dark/Light Mode

TGIPF Duga, Ada Kepentingan Iklan Rokok Di Balik Tragedi Kanjuruhan, Prof. Tjandra Miris

Selasa, 11 Oktober 2022 08:50 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Khairizal Anwar/RM)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Khairizal Anwar/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama angkat bicara soal dugaan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan, yang menyoroti kemungkinan adanya kepentingan iklan rokok di balik laga sepak bola malam hari antara tuan rumah Arema Vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10).

Seperti diketahui, kericuhan yang terjadi pasca laga tersebut telah mengakibatkan 131 nyawa melayang.

"Bila dugaan ini benar, maka benar-benar menyedihkan. Bukan saja karena dengan amat tragis sudah memakan korban jiwa lebih dari 130 orang saudara-saudara kita. Tetapi juga karena setidaknya lima hal," ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Selasa (11/10).

Dia pun lantas menguraikan lima hal itu. Pertama, semua sepakat bahwa merokok membahayakan kesehatan.

Baca juga : Di Pintu 13, Penonton Pingsan, Terinjak-injak, Meregang Nyawa

Data WHO pada Mei 2022 menyebutkan, kebiasaan merokok dan mengkonsumsi tembakau ini membunuh lebih dari 8 juta warga dunia per tahun. Sebanyak 1,2 juta orang di antaranya, merupakan perokok pasif. Atau mereka yang tidak merokok, tetapi terpaksa jadi jatuh sakit  akibat asap rokok orang di sekitarnya.

Kedua, prevalensi perokok dunia menurun dari 22,7 persen pada tahun 2007 menjadi 17,5 persen di tahun 2019.

"Tetapi, di Indonesia sebaliknya. Data Indonesia Global Adult Tobacco Survey yang dipresentasikan Kementerian Kesehatan kita menunjukkan, Indonesia justru mengalami.peningkatan jumlah perokok. Dari 61,4 juta di tahun 2011, menjadi 70,2 juta di tahun 2021," beber Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI ini.

Ketiga, sungguh menyedihkan, sebagian korban di tragedi Kanjuruhan adalah anak-anak. Cukup banyak anak-anak yang menonton pertandingan ini.

Baca juga : Aremania Ingatkan Jangan Ada Pihak Tunggangi Tragedi Kanjuruhan

Data Kementerian Kesehatan yang diambil dari beberapa hasil survei nasional (GYTS, Riskesdas, Siskernas) menunjukkan adanya kenaikan jumlah perokok anak di negara kita.

Dari 7,2 persen di tahun 2013, naik menjadi 8,8 persen di tahun 2016. Lalu naik menjadi 9,1 persen di 2018, dan meningkat lagi menjadi 10,7 persen di tahun 2019.

"Kalau dibiarkan begini terus, maka angka perokok anak akan dapat mencapai 16% di tahun 2030," cetus Prof. Tjandra.

Keempat, iklan jelas berperan dalam peningkatan konsumsi rokok yang membahayakan kesehatan ini.

Baca juga : Kapolri Umumkan 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Nomor 1 Direktur Utama PT LIB

Data GATS yang dipresentasikan Kementerian Kesehatan, menunjukkan adanya peningkatan paparan pada iklan rokok di papan reklame dari 39,6 persen di tahun 2011 menjadi 43,6 persen di tahun 2021.

Sementara peningkatan paparan iklan di internet  jauh lebih tinggi lagi. Dari 1,9 persendi tahun 2011 menjadi 21,4 persen di tahun 2021.

Kelima, kita amat berduka dengan korban jiwa tragedi Kanjuruhan, yang mencapai lebih dari 130 orang.

"Kalau dugaan TGIPF tentang pertimbangan iklan rokok di kejadian ini benar, maka itu adalah hal yang benar-benar ironis, memprihatinkan, dan menyedihkan. Ini perlu menjadi salah satu rekomendasi untuk tata ulang aturan, demi melindungi kesehatan anak bangsa di masa depn," pungkas Penerima WHO Tobacco Free World Award for Outstanding Contribution to Public Health tahun 1999. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.