Dark/Light Mode

Bicara Ancaman Perang Nuklir

Luhut Super Waspada

Kamis, 13 Oktober 2022 09:00 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Investor Daily Summit 2022, di Jakarta, Rabu (11/10/2022). (ANTARA/Ade Irma Junida).
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Investor Daily Summit 2022, di Jakarta, Rabu (11/10/2022). (ANTARA/Ade Irma Junida).

 Sebelumnya 
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg juga terus memantau gerak-gerik Moskow terkait penggunaan senjata nuklir. Latihan untuk memastikan penangkal nuklir mereka aman akan segera digelar.

Bagaimana jika perang nuklir itu terjadi? Mantan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, dunia belum pernah punya pengalaman atas dampak dari perang bom nuklir.

“Kecuali Hiroshima Nagasaki 1945. Semoga, kekhawatiran itu tak terjadi. Semoga, semua masih logis berfikirnya,” harap Djarot kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : KPK Kembali Tahan 1 Tersangka Penyuap Hakim Agung Sudrajad Dimyati

Jika perang nuklir terjadi, Djarot meyakini negara pemicunya akan ikut hancur dengan sendirinya, karena terisolasi.

Sementara, Ahli Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mohammad Dhandhang Purwadi menyarankan agar pemantauan radioaktivitas lingkungan di wilayah Indonesia diintensifkan, jika perang nuklir meletus.

Tujuannya, untuk mengantisipasi terjadinya paparan radiasi berlebih yang mengancam masyarakat Indonesia. Meskipun, jika belajar dari pengalaman kecelakaan PLTN Chernobhyl di Ukraina tahun 1986 silam, yang menimbulkan resiko terbesar sepanjang sejarah itu, terbukti tidak berdampak ke Indonesia. Namun, bukan tidak mungkin, jika radiasi nuklir itu bisa saja ikut terbawa lewat media lain. Misalnya, melalui impor gandum dari Eropa termasuk dari Ukraina dan Rusia.

Baca juga : KPK Tahan Tersangka Penyuap Hakim Agung Sudrajad

“Hal ini juga perlu diantisipasi, yaitu dengan pembatasan impor produk-produk pangan lainnya dari Eropa,” kata Dhandhang, kemarin.

Sosok yang juga merupakan peneliti senior di Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN) ini menilai, langkah itu perlu diambil, apalagi untuk produk-produk impor yang diaplikasikan ke tubuh manusia.

“Memang ada kemungkinan tercemar zat radioaktif dan merupakan produk-produk yang diaplikasikan dengan menempel pada tubuh kita,” tambah jebolan Hokkaido University-Japan ini.

Baca juga : Menpora: Edukasi Ke Suporter Harus Lebih Masif

Pengamat Militer dan Intelijen dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Robi Sugara melihat, ancaman agresi militer dari negara lain atau ancaman keamanan tradisional masih nyata. Meskipun banyak ahli memprediksi bahwa ancaman keamanan yang bersifat tradisional semacam itu, harusnya sudah berakhir pasca perang dingin, seiring instrumen pertahanan negara bertumpu pada persoalan ekonomi.

“Tapi setiap kali perang atau konflik, bisa saja tidak harus mengarah ke penggunaan senjata nuklir. Tetapi perang atau konflik tersebut hanya dijadikan sebagai alat untuk penjualan senjata saja seperti dilakukan Amerika dan NATO ke Iran di Timur Tengah dan Korea Utara untuk Asia,” kata Robi. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.