Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Agama Bisa Menciptakan Kedamaian
Bahaya, Politik Identitas Bisa Hancurkan Bangsa
Kamis, 3 November 2022 07:55 WIB
Sebelumnya
Tokoh-tokoh agama yang berbeda ini, tutur Jokowi, juga menjadi bagian utama mempersatukan Indonesia pada 1945.
“Tokoh-tokoh agama yang berbeda juga menjadi penting untuk mempersatukan Indonesia. Bahkan, tokoh agama yang berbeda juga menjadi penting untuk mensukseskan program pembangunan pemerintah Indonesia,” ungkapnya.
Dia menjadikan keberhasilan Indonesia dalam penanganan pandemi Covid-19 sebagai rujukan.
Jokowi mengungkapkan, berkat kontribusi dari tokoh-tokoh agama, seperti melalui masjid, gereja, pura, wihara, serta klenteng, telah menjadi pusat literasi masyarakat di berbagai bidang.
Baca juga : Lestari: Menangkan Persaingan Global, Perkuat Kemandirian Bangsa
Di acara yang sama, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, Indonesia adalah bangsa yang tumbuh oleh tempaan sejarah: melintasi prahara demi prahara.
Mulai dari sejarah kolonialisme, pergolakan politik, otoritarianisme Orde Baru, dan kini demokrasi.
Demokrasi telah memberikan Indonesia jalan terbaik bagi rakyat berpartisipasi untuk mempertahankan hak-hak dan kewajiban konstitusionalnya.
“Lebih dari itu, Indonesia juga negara Pancasila. Sejarah Pancasila adalah sejarah nilai-nilai dan prinsip keutamaan,” jelasnya.
Baca juga : Sudirman Said: Penegakan Hukum Harus Menjadi Prioritas Seluruh Elemen Bangsa
Menurut Yaqut, Pancasila ditetapkan paling tidak untuk memenuhi dua fungsi. Pertama, sebagai simbol mengukuhkan pendirian Negara Republik yang merdeka.
Di sini, Pancasila berfungsi praktis dalam arti sengaja dipilih untuk menjamin suatu kesatuan dan integrasi politik yang bernama Republik Indonesia.
Dengan itu, Pancasila diposisikan sebagai visi bersama bagi pencapaian tujuan-tujuan Negara-Bangsa yang diperjuangkan. Pancasila adalah sign of unity,” paparnya.
Kedua, Pancasila juga dikukuhkan sebagai wawasan politik atau dasar negara. Ini nampak dari konstruksi Soekarno yang secara eksplisit mengkomparasikan Pancasila secara setara, dengan filsafat dan ideologi-ideologi lain seperti Marxisme, Liberalisme, dan San Min Chu’i.
Baca juga : Parpol Diingatkan Ancaman Bahaya Politik Identitas
Namun demikian, jelas Yaqut, Pancasila bukanlah ideologi politik partikular yang tertutup dan sistematis-total, sebagaimana Marxisme maupun Liberalisme.
Presiden Soekarno lebih menekankan ’fungsi implisit’ Pancasila sebagai sign of unity untuk Republik yang merdeka. â–
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya