Dark/Light Mode

Wood Pellet: Solusi Dekarbonisasi Menuju Net Zero Emission di Indonesia

Jumat, 30 Desember 2022 20:29 WIB
Wood Pellet (Sumber: AMP Clean Energy)
Wood Pellet (Sumber: AMP Clean Energy)

Wood pellet merupakan peluang emas bagi Indonesia dengan penerapan waste management untuk mencapai Net Zero Emission. Mengapa demikian?

Penggunaan energi di Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh energi fosil. Namun, seiring berjalannya waktu, energi fosil kian berkurang dan tidak dapat diperbarui. Selain itu, penggunaannya dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan karena menghasilkan residu karbon dioksida ekuivalen (CO2-eq) di atmosfer yang memicu pemanasan global. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, pada tahun 2019 Indonesia menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 1,86 miliar metrik ton karbon dioksida ekuivalen (MTon CO2-eq), yang 638,8 juta MTon CO2-eq dari total tersebut berasal dari sektor energi (BPS, 2022).

Menipisnya sumber daya minyak bumi dan diiringi peningkatan emisi karbon dioksida menjadi alasan yang kuat bagi masyarakat dunia untuk melakukan transisi energi fosil menuju energi terbarukan. Salah satunya yaitu dengan melakukan transformasi bahan bakar industri berbasis energi fosil menuju energi terbarukan biomassa. Hal tersebut sejalan dengan target Indonesia dalam upaya penurunan emisi karbon menjadi 1.953 juta MTon CO2-eq pada tahun 2030 (Databoks, 2022).

Wood pellet adalah bentuk bahan bakar biomassa sebagai alternatif terbarukan yang ramah lingkungan. Perencanaan mengenai produksi wood pellet sudah ada sejak akhir tahun 1970-an dan pertama kali diproduksi tahun 1980 di Swedia dengan dilatarbelakangi terjadinya krisis sumber daya minyak bumi (Ginting et al. 2019). Munculnya inovasi wood pellet disambut baik oleh berbagai negara dan terus dikembangkan produksinya. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik tingkat produksi wood pellet dunia pada tahun 2012-2015 pada Gambar 1. Berdasarkan data Future Metrics – Strauss (2017) diperkirakan terjadi peningkatan permintaan wood pellet dunia yang signifikan hingga tahun 2025 dengan rata-rata sebesar 3.160 juta MTon/tahun (Gambar 2).

Gambar 1. Tingkat produksi wood pellet dunia tahun 2012-2015 (Sumber: FAO, 2016)

Gambar 2. Perkiraan permintaan wood pellet dunia tahun 2010-2025 (Sumber: Future Metrics – Strauss, 2017)

Potensi biomassa di Indonesia dari limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan mencapai jutaan ton per tahun. Indonesia juga merupakan negara penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di dunia, sehingga menghasilkan banyak limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), pada tahun 2021 total produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sebesar 51,3 juta ton, dengan 46,88 juta ton diantaranya merupakan jumlah produksi CPO (CBNC Indonesia, 2022). Potensi biomassa di Indonesia dari limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan terbilang tinggi, yaitu sekitar 146,7 juta ton/tahun. Limbah-limbah tersebut menjadi peluang emas untuk dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi wood pellet sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil di Indonesia dan membantu memenuhi kebutuhan wood pellet dunia. 

Adanya peluang besar tersebut nyatanya belum mampu dioptimalkan Indonesia. Produksi wood pellet di Indonesia hingga saat ini masih relatif rendah yaitu sekitar 80.000 ton/tahun dibandingkan Malaysia yang telah mencapai 180 ribu ton/tahun (Sari dan Sitorus, 2021). Sementara itu, produksi wood pellet dunia pada tahun 2007 telah mencapai 10 juta ton/tahun. Berdasarkan data Food and Agriculture (FAO) tahun 2015, konsumsi wood pellet dunia pada periode tahun 2012-2013 meningkat sebanyak 4 juta ton, dari 18 ton menjadi 22 ton. Pengembangan produksi wood pellet di Indonesia memang belum optimal, akan tetapi beberapa peneliti sepakat bahwa Indonesia diyakini memiliki potensi untuk menjadi salah satu produsen terbesar wood pellet dunia.

Kandungan energi panas (kalori) pada wood pellet relatif tinggi yaitu mencapai 4,7 kWh/kg atau sekitar 19,6 GJ/od mg (Syamsudin, 2019). Nilai tersebut hampir setara dengan energi batu bara dengan jumlah yang sama. Wood pellet tidak menghasilkan emisi karbon dioksida, serta rendah emisi sulfur maupun abu (Gemgo, 2014) yang dapat dilihat pada Tabel 1. Ditinjau dari segi ekonomi, wood pellet dinilai lebih efisien karena biaya lebih rendah dan ekonomis, dengan nilai gross efficiency sebesar 86 persen.

Tabel 1. Perbandingan kandungan energi dan emisi pada berbagai jenis bahan bakar

Jenis Bahan Bakar

Gross Efficiency (%)

Kandungan Energi dan Emisi

Energi (MJ/kg)

CO2 (kg/GJ)

Sulfur (%)

Abu (%)

Baca juga : Sah, Arisudono Soerono Jadi Dirut Biro Klarifikasi Indonesia

Batu bara

56,1

15-25

60

13

10-35

Chip kayu

49,5

10

0

0

1

Diesel

81,6

42,5

78

Baca juga : Kolaborasi Faperta Unas Dengan APTS-IPI Wujudkan Ekonomi Hijau di Indonesia

0,2

1

Fuel oil

72,6

42

78

12

15

Gas alam

87,1

35-38

57

0

0

Wood pellet

86

Baca juga : Kemenkop UKM Dukung Pembentukan Koperasi Disabilitas Pertama Di Indonesia

17,5

0

0,1

1

Sumber: Gemgo (2014)

Industri teknologi mesin di Indonesia belum banyak memanfaatkan wood pellet sebagai bahan bakar produksinya. Perusahaan wood pellet di Indonesia sendiri bahkan lebih banyak melakukan ekspor wood pellet sebagai prioritas penjualan produk mereka. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya kebijakan tentang penggunaan wood pellet sebagai bahan bakar industri serta rendahnya target penggunaan energi biomassa terbarukan di Indonesia yang hanya sebesar 5 persen hingga tahun 2025 berdasarkan pada kebijakan energi nasional di bawah Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006.  Guna mendukung cita-cita untuk meraih Net Zero Emission di Indonesia, maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah, industri, dan akademik, untuk turut memasifkan produksi maupun konsumsi wood pellet di Indonesia dalam proses transisi energi, serta agar dapat menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri wood pellet dunia. 

REFERENSI

Badan Pusat Statistik. 2022. Emisi Gas Rumah Kaca menurut Jenis Sektor (2000-2019). 

CBNC Indonesia. 2022. RI Banjir Pasokan CPO, Produksi Bisa Naik Tembus 51 Juta Ton. 12 Juli 2022. RI Banjir Pasokan CPO, Produksi Bisa Naik Tembus 51 Juta Ton (cnbcindonesia.com)

Databoks. 2022. Pemerintah Indonesia Janji Kurangi Emisi Karbon, Ini Target Barunya. 10 November 2022. Pemerintah Indonesia Janji Kurangi Emisi Karbon, Ini Target Barunya (katadata.co.id)

Food and Agriculture Organization (FAO). 2015. Forest Production and Trade.

Food and Agriculture Organization (FAO). 2016. Global Wood Pellet Production.

Gemgo J. 2014. A Complete Guide to Large Scale Wood Pellets Production. Createspace Independent Pub. Gemco Energy: China. 

Ginting A, Mawardi I, Jannifar A, Hasyim SS, Anzieb MR. 2019. Effectiveness of Die Hole on Wood Pellet Density Quality Improvement. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 288: 012166.

Sari S, Sitorus CI. 2021. Potensi Pengembangan Industry Biomassa Wood Pellet di Indonesia dengan Analisis BCG dan SWOT. J Industrial Engineering 6(2): 151-161.

Strauss W, 2017. Micro-Scale Pellet-Fueled Combined Heat and Power: A New Distributed Power Solution for The Smart Grid of The Future. The New Forest Economy-Biobased Power, Products, & Fuels E2Tech Forum, Bethel, ME 04217, USA.

Syamsudin, Isa M, Nurhayati SF, Zulaekah S, Praswati AN. 2019. Introduksi Bahan Bakar Wood Pellet pada IKM Makanan. J PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat 5(1): 6-12.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.