Dark/Light Mode

Soal Capres & Tahta PDIP

Puan Rendah Hati

Minggu, 15 Januari 2023 07:42 WIB
Ketua DPR Puan Maharani (Foto: Dok. DPR)
Ketua DPR Puan Maharani (Foto: Dok. DPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Puan Maharani ternyata sosok yang asyik diajak ngobrol. Sangat terbuka, tidak jaim-an. Cukup blak-blakan dan spontan. Sebagai putri kesayangan Megawati Soekarnoputri, Puan ternyata tidak ngotot, atau merasa jumawa sebagai tokoh yang akan dicapreskan atau jadi penerus tahta di PDIP. Dia begitu rendah hati.

Puan selama ini kerap digambarkan sebagai sosok elitis, kurang empati, dan berjarak dengan masyarakat. Banyak video tentangnya diviralkan oleh haters dengan narasi yang menyudutkan. Dalam pandangan awam, mungkin hidup Puan itu enak dan penuh kenyamanan. Apa yang dia mau bisa diperoleh dengan mudah.

Padahal, kenyataannya tidak begitu. Puan tidak diberi keistimewaan. Apa yang didapat sekarang itu diperoleh dengan kerja keras, turun ke masyarakat, dan berjuang mati-matian. “Saya merasa tidak ada privilege, selalu ditugaskan turun ke bawah, kerja yang benar, yang kuat, yang sabar, tabah. Itu yang saya jalani,” kata Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia, dalam wawancara eksklusif di Program Rosi, yang ditayangkan Kompas TV, Jumat (13/1).

Dalam wawancara itu, Puan menjawab berbagai hal yang berkaitan dengannya. Tak cuma isu soal capres, isu yang menyudutkannya pun dijawab dengan rendah hati.

Ketua DPP PDIP ini misalnya menanggapi momen saat membagikan kaus di Pasar Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, September lalu. Saat itu, Puan membagikan kaus dengan dilempar dan dengan wajah cemberut. Gara-gara kejadian ini, Puan jadi sorotan. Video ini viral dan jadi bahan konten para pegiat medsos cukup lama.

Puan menyadari, peristiwa ini tak boleh terulang. "Saya minta maaf ya untuk kejadian ini," kata Ketua DPR ini.

Mantan Menko PMK itu lalu menjelaskan kondisi sebenarnya. Kata dia, saat itu wajahnya tak tersenyum karena merasa kasihan kepada warga yang kepanasan saat antre ingin mendapat kaus dan bersalaman. Ditambah, ia menilai stafnya kurang bekerja optimal. Dari peristiwa itu, Puan mengakui mendapat pelajaran berharga. "Yang jelas, ini jadi pelajaran yang tidak boleh terulang. Jadi pemimpin, dalam situasi apa pun harus senyum," ungkapnya.

Baca juga : PKS Dan Demokrat Rasional Aja

Setelah itu, Puan bicara soal video viral saat menanam padi di Badung, Bali. Saat itu, Puan jadi bahan olok-olokan karena menanam padi secara maju, bukan teknik menanam mundur yang biasanya dipakai petani.

Puan menjelaskan, ia menggunakan teknik menanam maju karena mengikuti arahan petani di daerah tersebut. Kata dia, di kawasan tersebut teknik menanam padi dengan maju sudah lumrah. Bukan tanpa alasan, teknik tersebut dinilai memiliki berbagai kelebihan seperti lebih cepat, hasilnya lebih rapi.

"Namju, nanam maju, itu ada. Jadi, nggak ngarang. Ini nggak ngarang-ngarang, saya ikutin ibu-ibu petani," kata Puan. Ia pun mempersilakan masyarakat datang ke Badung untuk membuktikan ucapannya.

Setelah itu, Puan bicara soal pilpres, peluangnya maju sebagai capres, dan hubungannya dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, politisi PDIP yang disebut lembaga survei mempunyai elektabilitas tinggi sebagai capres.

Soal capres, Puan menegaskan, posisinya di PDIP saat ini bukan karena hak istimewa sebagai anak Megawati. Urusan capres pun begitu. Ia yakin, Mega akan menunjuk kader terbaik untuk dijadikan sebagai capres.

Siapa capresnya, bagaimana diumumkannya, dan apa pertimbangan, menurut Puan, Mega pasti punya pertimbangannya sendiri. Jadi, posisinya sebagai putri Mega tak berarti akan dipilih sebagai capres. Namun, jika nantinya Mega memilihnya sebagai capres, hal tersebut bukan karena status ibu-anak, melainkan karena dianggap sebagai kader terbaik.

"Ini bukan soal anak, tapi seorang kader yang dianggap mumpuni. Jadi bukan berarti harus Puan Maharani," ucapnya.

Baca juga : PDI Perjuangan Tangsel Siap Menangkan Pemilu

Puan lalu menceritakan pengalamannya meniti karier sebagai kader PDIP. Dia mengaku tak pernah mendapat perlakuan istimewa. Ia juga tak pernah meminta jabatan apa pun kepada ibunya. Menurut Puan, Mega bisa membedakan peran sebagai ibu sekaligus Ketua Umum PDIP. Jadi jabatan yang diembannya saat ini, semata karena ketua umum percaya dengan kemampuannya.

Puan pun tertantang untuk membuktikan kalau dirinya mampu. Apalagi ia sebagai putri ketua umum partai besar yang juga pernah menjadi presiden.

Jadi, apa yang dilakukannya bukan hanya duduk-duduk lalu dapat karpet merah. "Aduh kalau orang tahu berat sebenarnya, bukannya gampang untuk menjadi Puan hari ini. Saya juga harus buktikan mampu dan bisa. Kita tunjukkan kalau kita bisa," katanya.

Puan lalu menceritakan bagaimana hubungannya dengan Ganjar. Menurut Puan, hubungannya dengan Ganjar baik-baik saja. Tidak ada persoalan. Ia lalu menceritakan saat menjadi ketua tim pemenangan Ganjar di Pilgub Jateng. Saat itu, keduanya berjuang bersama sebagai tim. "Ya oke banget lah," kenang Puan.

Ia pun menepis kabar yang menyebut ada dua kubu di internal PDIP, yaitu kubu Ganjar dan Puan, hingga muncul istilah 'Banteng vs Celeng' hingga 'Dewan Kolonel vs Dewan Kopral'. Puan membantah isu perpecahan itu.

Ia mengakui, memang ada dukungan dari kader dan masyarakat yang tidak bisa dicegah. Ia pun tak bisa melarang kalau ada orang mendukungnya atau tak mau mendukungnya. Menurut dia, dukungan-dukungan itu masih on the track. PDIP masih solid untuk memenangkan Pemilu. Namun, kata dia, kalau dukungan-dukungan itu sudah mengganggu keutuhan partai, soliditas partai, pasti akan ia semprit.

"Yang penting itu, bagi PDI Perjuangan adalah solid dulu. Saat ini juga belum ada satu nama pun (capres) yang diumumkan oleh Ketua Umum. Yang penting itu adalah soliditas kita untuk menjaga kekompakan sampai tahun 2024," pungkasnya.

Baca juga : Prabowo Pasang Harga Mati

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai, ada hal positif dengan gaya komunikasi Puan yang rendah hati ini. Kata dia, dalam wawancara itu, Puan mampu menjaga omongannya dengan tidak membuat pernyataan yang bernada tinggi dan menyinggung rekan separtainya, dalam hal ini Ganjar. Puan justru menampilkan gaya yang rendah hati.

"Sikap kerendahan hatian dari Puan ini tentu agar mendapatkan simpati. Urusan apakah Megawati mencapreskan Puan atau tidak, tergantung nanti," kata Ujang.

Menurut Ujang, yang disampaikan Puan ini bagian dari komunikasi politik. Strategi untuk mendapatkan simpati dan respons yang baik dari masyarakat, dan mendapatkan perhatian. Sehingga bisa menaikkan elektabilitasnya.

Jadi, pernyataan Puan ini bukan sebagai sikap sadar tidak akan terpilih atau mengalah untuk mendapatkan tiket capres. Pernyataan itu tetap merupakan upaya menjadi capres. "Tapi, seandainya tak dicapreskan maka tidak masalah,'' pungkas Ujang.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.