Dark/Light Mode

KKB Kian Sporadis Sejak Pemerintah Gencar Bangun Papua

Selasa, 18 April 2023 08:07 WIB
Dialog yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Chapter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan tajuk Aksi Kekerasan dan Terorisme Kelompok Separatis di Papua, Senin (17/4). (Foto: Istimewa)
Dialog yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Chapter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan tajuk Aksi Kekerasan dan Terorisme Kelompok Separatis di Papua, Senin (17/4). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Peneliti sekaligus dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Gabriel Lele menyatakan, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) semakin bergeliat bahkan sporadis sejak tahun 2016. Dia mengemukakan, bahwa tahun 2016 menjadi tahun Pemerintah gencar melakukan pembangunan di tanah Papua.

Hal itu disampaikannya pada dialog yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Chapter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan tajuk Aksi Kekerasan dan Terorisme Kelompok Separatis di Papua, Senin (17/4).

"Motif separatis menjadi motif utama dan eskalasi motif separatis mulai menaik sangat signifikan sejak tahun 2016. Mari kita refleksikan ada apa di tahun 2016? Atau masa-masa setelah itu?" tanya Gabriel kepada para audiens yang disiarkan langsung channel youtube FPCI UMY.

Gabriel menerangkan bahwa faktor Presiden Jokowi dikenal sebagai presiden paling sering ke Papua. Serta gencarnya langkah-langkah pembangunan dan percepatan infrasturuktur sedikit banyak memicu dan memcau gerakan separatis dan eskalasinya.

Baca juga : Bamsoet Akan Nyalakan Obor Semangat Pada Peringatan HUT ke-206 Kapitan Pattimura

"Karena itu refleksi terdalamnya adalah bagaimana memosisikan hubungan antara tindak kekerasan dengan gerakan pembangunan. Apakah ini dapat meredam konflik atau memacu konflik lanjutan," lanjut Gabriel.

Gabriel mengidentifikasi, gerakan KKB akhir-akhir ini menampakkan skalanya yang semakin masif. Kenekatan KKB semakin tinggi cenderung semakin percaya diri.

Bagaimana tidak, 36 aparat TNI dan ini bukan dari unit sembarangan, unit Kopasus. kemudian diserang dan nasibnya belum jelas, konon ada 9 yang disandera KKB minta ditebus. "Mudah-mudahan tidak ada eskalasi lebih lanjut," jelas Gabriel.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim peneliti UGM, Gabriel mengemukakan titik-titik sporadis KKB tidak hanya pos keamanan yang dijaga TNI dan Polri. Tapi juga pemukiman warga sipil yang kerapkali dibakar KKB.

Baca juga : DPR Sarankan Pemerintah Pakai Cara Luar Biasa Basmi Teroris Papua

Lebih miris lagi, ketika masyarakat sipil justru yang paling banyak menjadi korban meninggal akibat kebrutalan KKB. Dari data yang dihimpun sampai Juli 2022, lingkungan aparat termasuk Polsek intinya ada kelompok aparat yang bertugas menjadi sasaran utama dari KKB.

Tapi di luar itu, dia melihat eskalasi sebenarnya sudah semakin sporadis, brutal, tidak hanya pos-pos aparat bertugas. Tetapi juga wilayah perkampungan menyasar sipil yang tidak memahami apa-apa antara Pusat dan Daerah.

"Semakin canggih peralatan yang dibawa aparat, semakin menarik perhatian KKB untuk diserang. Karena itu lingkungan aparat TNI/Polri menjadi sasaran utama serangan KKB," sambungnya.

Gabriel kemudian memberikan solusi bagi pemerintah dengan menggunakan tiga pendekatan. Diantaranya adalah; dialog dan trust-building initiatives, pembangunan yang sensitif konflik dan langkah penegakkan hukum yang tegas tetapi humanis.

Baca juga : Atur Pemidanaan Penyimpang Data

"Yang harus digarisbawahi adalah dialog versi kacamata Papua adalah referendum. Ini yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Pusat untuk mengadakan dialog," pungkas Gabriel.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.