Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Bicara Krisis Energi, Krisis Pangan Dan Krisis Ekonomi
Jokowi Tidak Nakut-nakutin
Sabtu, 16 September 2023 08:00 WIB
Sebelumnya
Karena itu, Jokowi menyambut baik perluasan disiplin ilmu di IPB karena memang diperlukan multidisiplin ilmu untuk mengembangkan ekosistem pangan Indonesia. Mulai dari manajemen dan pendekatan sosial, intervensi teknologi, sel stem, kecerdasan buatan (AI), big data, sistem robotik, dan sebagainya.
“Jangan alergi dengan teknologi. Jangan takut dengan mesin cerdas. Semua harus dibicarakan. Artinya memang kita harus mengantisipasi dan bersiap diri. Sekali lagi, jangan takut dengan mesin cerdas," cetusnya.
Usai menyampaikan pidato soal ancaman krisis pangan, energi, dan ekonomi di IPB, siangnya Jokowi memanggil mantan Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Istana. Jokowi dan Amran bertemu empat mata setelah salat Jumat di Istana Negara, selama satu jam lebih.
Baca juga : Akumulasi Kinerja Pemerintahan Presiden Jokowi Dalam Bidang Lingkungan HidupĀ
Apa yang dibahas? Amran menceritakan pertemuan dengan Jokowi itu membahas perekonomian nasional saat ini termasuk dengan ancaman krisis pangan, dan energi. Ia menepis pertemuan terkait dengan politik.
Amran mengaku, mendapat wejangan dan arahan dari Presiden terkait program hilirisasi yang saat ini memang menjadi konsen Pemerintah dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Terlebih, kata dia, saat ini pemerintah memberikan perhatian khusus untuk pembangunan di kawasan timur Indonesia. Menurut dia, hilirisasi ini adalah antisipasi dan solusi pemerintah menghadapi ancaman krisis.
"Pak Presiden sangat yakin, kawasan timur Indonesia ini dapat menjadi epicentrum baru karena kekayaan alamnya yang luar biasa," ungkapnya.
Baca juga : Yuk, Kurangi Keluyuran Dan Terapin Pola Hidup Sehat
Karena itu, bos PT Tiran Group ini menilai, niat Jokowi untuk mendukung hilirisasi di kawasan timur patut didukung oleh semua pihak. Sebab hilirisasi ini merupakan kebijakan yang tepat dan sangat nyata dalam mendorong peningkatan nilai tambah dan daya saing negara yang pada akhirnya mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kawasan timur ini kan kaya dengan nikel, emas, besi, logam dan kekayaan mineral lainnya. Bayangin nikel kita saja itu, 52 persen kekayaan yang ada di dunia, ada di Indonesia," ujarnya.
Sementara, Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal mengatakan, ancaman krisis global memang di depan mata. Karena itu, Indonesia harus bersiap melakukan antisipasi dan mencari solusi. Fithra berharap, kebijakan hilirisasi yang digencarkan pemerintah mampu menghasilkan nilai tambah dari sisi produksi sehingga memiliki nilai lebih.
Baca juga : Bicara Keadilan, Perdamaian Dan Persatuan Di KTT ASEAN, Jokowi Membanggakan
Fithra menyatakan, untuk menghadapi ancaman krisis itu pemerintah perlu meningkatkan kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB). Saat ini kontribusi manufaktur masih sebesar 19 persen per tahun, sementara untuk keluar dari negara berpendapatan menengah capaian minimal adalah 25 persen dari PDB.
"Kalau ini bisa tercapai, Indonesia bisa capai target pertumbuhan ekonomi minimal 6 persen per tahun yang merupakan angka rata-rata minimum yang dibutuhkan keluar dari jebakan negara pendapatan menengah. Untuk itu maka kita industrialisasi, dan hilirisasi adalah bagian dari itu,” pungkasnya.
Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Sabtu 16/9/2023 dengan judul Bicara Krisis Energi, Krisis Pangan & Krisis Ekonomi, Jokowi Tidak Nakut-nakutin
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya