Dark/Light Mode

Kurikulum Merdeka, Kurikulum Nasional

Selasa, 2 April 2024 21:31 WIB
Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Mahasiswa Doktoral KMITL Thailand, Thoriq Tri Prabowo. Foto: Istimewa
Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Mahasiswa Doktoral KMITL Thailand, Thoriq Tri Prabowo. Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Perkembangan teknologi informasi telah mentransformasi bagaimana cara belajar dan mengajar. Satu sampai dengan dua dekade lalu, informasi merupakan barang mewah.

Bagi yang dapat mendapatkannya maka mereka telah melangkah lebih dekat pada kemudahan dan kesuksesan dalam belajar.

Sementara itu, saat ini informasi bukanlah barang mewah, semua orang dapat mengaksesnya di mana saja dan kapan saja. Fenomena tersebut praktis telah mengubah permainan, pemenangnya ialah bukan lagi yang dapat mendapatkan informasi, melainkan yang dapat memanfaatkannya secara cemerlang.

Saat ini, guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan. Murid dapat belajar dari banyak hal utamanya melalui teknologi digital.

Hal itu tergantung seberapa mampu mereka dapat menyerapnya, sehingga orientasi pembelajaran yang semula berfokus pada guru, perlu difokuskan pada murid.

Dalam konteks ini, membentuk karakter pembelajar yang mandiri menjadi sebuah keharusan. Pembelajar mandiri bukan berarti tidak memerlukan guru sama sekali, justru peran guru sangat diperlukan, yakni senantiasa terus belajar bersama peserta didik tentang pengetahuan-pengetahuan baru yang terus berkembang.

Baca juga : Ini Dukungan Kemendikbudristek Bagi Satuan Pendidikan

Relasi keduanya bersifat dialogis, murid memberikan input dari apa yang dipelajarinya, sementara guru memberikan konteks dari pengetahuan tersebut. Pembelajaran kontekstual yang berbasis pada dinamika dan kebutuhan industri serta profesional perlu dipromosikan untuk mendorong kesiapan peserta didik dalam persaingan global.

Pembelajaran yang hanya didasarkan pada buku atau materi tertentu, terbitan beberapa tahun sebelumnya, sering sekali muatan pengetahuannya sudah usang.

Sementara itu, pengetahuan dan inovasi terus berkembang. Terpaku pada materi yang tekstual, tanpa melihat dinamika dan realitas industri, sama artinya dengan tidak mempersiapkan murid untuk bersaing sama sekali.

Kurikulum, sebagai perangkat, sistem, rencana, dan pengaturan mengenai pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar-mengajar, perlu memiliki keterbukaan pada pendekatan yang lebih inovatif.

Selain itu, kepekaan suatu kurikulum pada fleksibilitas metode dan mode pembelajaran, juga diperlukan di era digital ini. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan kebijakan Kurikulum Merdeka untuk mentransformasi pendidikan agar senantiasa relevan dan kontekstual dengan pelbagai kondisi guru dan murid.

Adapun tujuan besar dari kebijakan tersebut ialah untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul serta memiliki profil pelajar Pancasila. Sebagaimana yang telah diketahui, Kurikulum Merdeka telah memberikan dampak positif, dengan minat belajar dan pemahaman siswa terhadap materi yang meningkat.

Baca juga : DPR: Revisi Dulu UU Sisdiknas

Hal tersebut setidaknya dapat dilihat dari peningkatan peringkat Indonesia pada survei Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022, yang dilakukan pada 81 negara mitra. Indonesia mengalami peningkatan peringkat Indonesia sebanyak 5-6 tingkat dibandingkan dengan survei tahun 2018.

Dalam aspek literasi dan matematika, Indonesia berhasil naik 5 tingkat, sementara dalam bidang sains naik sebanyak 6 tingkat. Kurikulum Merdeka juga dipercaya telah berhasil mengatasi dampak hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat Pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.

Dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek telah menetapkan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional mulai tahun ajaran baru 2024/2025.

Nadiem Makariem, Mendikbudristek, mengatakan bahwa pemerintah berupaya menciptakan kurikulum yang membuat guru dan murid senang untuk belajar. Pada acara peluncuran Permendikbudristek tersebut, ia juga meyakinkan publik, bahwa perubahan ini memang pada mulanya memunculkan kekhawatiran, namun manfaatnya akan dapat dirasakan, terutama untuk mengakselerasi kualitas pendidikan Indonesia.

Kurikulum Merdeka menonjolkan fleksibilitas dalam pembelajaran dengan memberikan kebebasan kepada pendidik untuk merancang pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.

Dengan fokus pada pengembangan soft skills dan karakter, kurikulum ini menekankan materi esensial tanpa terpaku pada konten mata pelajaran. Proyek-proyek yang bertujuan untuk memperkuat pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan dengan tema-tema yang telah ditetapkan, namun tidak terikat pada target capaian pembelajaran tertentu.

Baca juga : Ini Catatan Bajik Agar Kurikulum Merdeka Layak Jadi Kurikulum Nasional

Ada tiga pilihan implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri, yaitu melalui mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi.

Dengan karakteristik-karakteristik ini, Kurikulum Merdeka menawarkan pendekatan yang inovatif dan inklusif dalam mendukung pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Beberapa catatan dalam penerapan Kurikulum Merdeka memang perlu diperhatikan, salah satunya yakni kesiapan infrastruktur teknologi dan kesiapan guru.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.