Dark/Light Mode

Merindukan Guru Bangsa

Selasa, 23 Januari 2024 05:35 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Kalau ada masalah kebangsaan, kemana harus mengadu? Rasa-rasanya sudah jarang tokoh yang dituakan, yang didengar suaranya, yang dianggap sebagai teladan dan memiliki rekam jejak kebangsaan yang mumpuni. Tokoh-tokoh yang “sudah selesai dengan dirinya sendiri” semakin langka.

Memang ada beberapa lembaga resmi yang beranggotakan tokoh-tokoh yang dihormati. Itu pun tak lepas dari kekhawatiran bahwa mereka tak bisa berbuat banyak di tengah kondisi dan sistem yang tidak mendukung.

Dewan Pengawas (KPK) misalnya. Kita meyakini, lembaga tersebut diisi orang-orang yang diyakini hebat-hebat. Punya integritas. Tapi, kita tahu, bagaimana kiprah para “suhu” tersebut.

Mahkamah Konstitusi (MK) yang diisi para pendekar yang dinilai sudah di level arif bijaksana, ternyata juga kita tahu bagaimana akhirnya. Lembagalem baga lain, juga nyaris serupa.

Baca juga : Dana Janggal Jadi Wajar?

Di tengah “krisis” tersebut bangsa ini merindukan kompas moral dari para guru bangsa. Kita merindukan misalnya tokoh-tokoh seperti (almarhum) Buya Syafi’i Maarif. Di tengah kekeringan itu, kita mengapresiasi ada beberapa tokoh dan sesepuh yang masih berjuang memikirkan nasib bangsa. Mereka tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa.

Gerakan ini dimotori antara lain oleh Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof Quraish Shihab, Kardinal Suharyom dan Pendeta Gomar Gultom ini. Banyak juga tokoh lain yang terlibat.

Mereka turun gunung bukan untuk ikut dalam parade hiruk pikuk kontes tasi atau mendukung salah satu calon.

Para sesepuh tersebut turun gunung, berupaya meluruskan kalau perjalanan bangsa ini dirasa sudah keluar rel. Supaya arah bangsa ini tidak berbelok dan melenceng terlalu jauh.

Baca juga : Masih Adakah Pemilu Riang?

Kita berharap, para tokoh ini turun memanggul kebijakan dan kebajikan. Berupaya meluruskan yang bengkok, menyejukkan yang panas dan sumpek.

Kita juga berharap, tokoh-tokoh lainnya ikut turun gunung bersama mereka. Bukan turun gunung untuk ikut bermain, memikul kepentingan dan nafsu, terlibat seperti gladiator politik di arena yang sumpek. Bukan itu.

Gerakan ini perlu diperluas. Bukan sekadar di tahun politik, tapi bisa sela manya. Karena, persoalan bangsa ini masih sangat kompleks dan panjang.

Yang tak kalah pentingnya, Gerakan seperti ini tidak terkooptasi oleh kepentingan politik. Tidak tergoda untuk ikut bermain dalam panggung kontestasi politik. Karena itu, kemurnian Gerakan perlu dijaga serius.

Baca juga : Menimbang Penonton Debat

Bangsa ini masih terus merindukan para guru bangsa. Tokoh-tokoh yang “sudah selesai dengan dirinya sendiri”. Tokoh-tokoh yang bisa menjadi padom moral.

Gerakan ini perlu dijaga dan terus bergerak. Bukan hanya sekarang, tapi juga nanti. Selamanya. Karena kita tidak tahu, suatu saat, bangsa ini pelan pelan, disadari atau tidak, berjalan di rel yang tak lagi lurus.

Saat itulah diperlukan tokoh-tokoh yang serentak membunyikan pluit: Priiiit!!

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.