Dark/Light Mode

Peserta Program Dokter Spesialis Banyak Yang Depresi, Ini Saran Prof Tjandra

Selasa, 16 April 2024 11:40 WIB
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok Pribadi
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok Pribadi

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof. Tjandra Yoga Aditama angkat bicara terkait data  Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai tingginya angka depresi di kalangan Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Rumah Sakit Vertikal Kemenkes. 

Menurut Prof. Tjandra, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami permasalahan ini secara menyeluruh.

"Akan baik kalau ada pembanding," ujar Prof. Tjandra.

Temuan Kemenkes terkait tingginya angka depresi di kalangan PPDS.

Ia mengusulkan agar Kemenkes menggunakan metode survei yang sama pada program pendidikan lain.  Sebagai contoh, bisa dilakukan pada peserta Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) atau mahasiswa di universitas ternama dengan standar pendidikan tinggi.  

Baca juga : Jasa Marga Diskon Tarif Tol Semarang-Cikampek 20 Persen, Ini Jadwalnya

Dengan adanya pembanding, lanjutnya, dapat diketahui apakah depresi memang lebih tinggi di kalangan PPDS atau merupakan fenomena yang lebih luas di dunia pendidikan.

Prof Tjandra juga menyoroti pentingnya penelitian pada masyarakat umum. "Bahkan akan baik kalau metode penilaian depresi yang sama juga dilakukan pada masyarakat umum," sarannya.  

Menurutnya, tekanan ekonomi dan sosial yang dihadapi masyarakat perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang mungkin turut berkontribusi terhadap depresi.  

Dengan membandingkan data PPDS dengan masyarakat umum, sebutnya, pemerintah dapat memperoleh gambaran yang lebih utuh mengenai permasalahan ini.

Baca juga : Ini Sederet Program tvOne Di Momen Spesial Lebaran

Prof. Tjandra menegaskan pentingnya analisa kualitatif untuk mengungkap akar masalah depresi pada PPDS.  "Perlu dilakukan analisa kualitas untuk melihat faktor penyebabnya,"  ungkapnya.  

Analisa ini, kata Prof. Tjandra bertujuan mengidentifikasi faktor utama yang memicu depresi, faktor pendukungnya, dan faktor lain yang terkait.  

Dengan memahami permasalahan secara mendalam, kebijakan dan program penanganan depresi yang tepat sasaran dapat dirancang.

Terakhir, Prof. Tjandra  mengarisbawahi pentingnya penanganan segera bagi PPDS yang mengalami depresi. Ia  menyadari bahwa depresi dapat berdampak serius terhadap kesehatan mental dan kinerja para dokter.  

Baca juga : Ternyata Penyebutan Flu Singapura Salah Kaprah, Ini Penjelasan Prof Tjandra

"Untuk mereka yang depresi maka tentu perlu ditangani segera," tegasnya.  

Prof. Tjandra berharap agar Kemenkes tidak berhenti pada temuan data, tetapi segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk menangani depresi di kalangan PPDS.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.