Dark/Light Mode

Mulai Dari ``KPK All President`s Men Sampai ``Polisi Geng Solo``

Musuh Jokowi Kurang Kreatif

Selasa, 24 Desember 2019 08:45 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Beberapa hari terakhir, Presiden Jokowi mendapat banyak serangan. Mulai dari kondisi di KPK sampai soal penunjukan Kabareskrim dan Kapolda Metro Jaya. Namun, semua serangan itu dinilai kurang kreatif, sehingga terkesan hanya “mukul angin”.

Salah satu yang mempermasalahkan kondisi KPK adalah Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti. Dia menuding, komposisi dan struktur pimpinan KPK sekarang seperti All President’s Men, alias KPK diisi oleh semua orang presiden.

Ray menganggap, KPK saat ini tidak sepenuhnya independen. Argumentasi yang digunakan Ray, secara organisasi, KPK ada di bawah presiden. Bekerja dengan birokrasi yang garis strukturnya juga ke presiden. “Jadi, hampir bisa disebut, KPK sekarang ditempati oleh All The President’s Men,” katanya.

Ray juga mengkritisi tidak adanya pelibatan pendapat publik dalam penunjukan lima anggota Dewan Pengawas (Dewas) KPK. “Kurang memenuhi prinsip pengelolaan pengangkatan pejabat publik, apalagi hal itu terkait dengan jabatan independen,” kritik dia.

Baca juga : Jokowi: Kurangi Belanja Anggaran Tak Produktif

Adapun yang meributkan penunjukan Kabareskrim dan Kapolda Metro Jaya adalah Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane. Dia menyebut, Irjen Nana Sunjana yang ditunjuk sebagai Kapolda Metro Jaya, dan Komjen Listyo Sigit Prabowo yang sekarang menjadi Kabareskrim Polri sebagai “Polisi geng Solo”. Alasannya, Nana dan Listyo sama-sama pernah menjadi Kapolresta Solo saat Jokowi menjabat Wali Kota di sana.

Neta nuding, Nana tak punya prestasi mentereng. Prestasinya biasa-biasa saja. Namun, karena pernah bertugas di Solo bareng Jokowi, Nana pun diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya yang merupakan posisi prestisius. “Tampilnya Nana sebagai Kapolda Metro menunjukkan Jokowi semakin hendak menonjolkan geng Solo,” tuding Neta.

Pihak Istana membantah tudingan-tudingan itu. Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko, memastikan, tidak ada polisi geng Solo seperti yang disampaikan Neta. Pengangkatan Kabareskrim dan Kapolda Metro Jaya oleh Kapolri, murni karena prestasi yang ditunjukkan Listyo dan Nana.

Moeldoko kemudian menganalogikan pengalamannya ketika mencari asisten-asistennya saat menjadi Panglima TNI, dulu. Menurutnya, tidak mungkin seorang pimpinan mempertaruhkan posisi dengan mengangkap pejabat yang tidak kredibel.

Baca juga : Populi : 60 Persen Sampel Sudah Masuk, Jokowi-Maruf Unggul

“Semua itu dasarnya talent scouting (pencarian bakat), bukan karena political appointee (orang yang diangkat berdasarkan politik). Sekali lagi, tidak mungkin sebuah jabatan yang sangat strategis itu dipertaruhkan sembarangan,” kata mantan Panglima TNI ini, di Jakarta, kemarin.

Soal tudingan ‘KPK All President’s Men’, Menko Polhukam, Mahfud MD, yang tampil membantahnya. Kata Mahfud, setiap keputusan pemerintah memang tidak bisa memuaskan semua pihak. Tetap ada pro dan kontra.

Soal Dewas KPK, lanjut Mahfud, per nah diusul agar dipilih DPR. Na mun, banyak yang tidak setuju. Kha watir akan ada permainan. Kare na dinilai akan sarat politik dan main mata. Maka, diputuskan dalam Undang-Undang, Dewas KPK dipilih Presiden. Namun, masih saja di salahkan. “Di Indonesia itu, apa-apa se lalu disalahkan,” sentil Mahfud, Minggu kemarin.

Kendati demikian, Mahfud tidak ambil pusing dengan kritik-kritik tersebut. Sebab, semuanya sudah diatur dalam Undang-Undang. Di sisi lain, negara harus berjalan. Ini namanya demokrasi, untung kita punya orang seperti Ray Rangkuti dan Haris Azhar, yang selalu mau memprotes. Karena protes itu penting,” tam bahnya.

Baca juga : Gibran: Saya Nggak Butuh

Pengamat politik Hendri Satrio melihat, serangan yang dilayangkan ke Jokowi tidak mempan. Lawan-lawan Jokowi kurang kreatif dalam mencari peluru. “Akhirnya, peluru yang dilontarkan pental balik,” ucap Hendri, kemarin.

Di mata Hendri, apa yang dilakukan Jokowi masih on the track. Keputusan yang diambil sudah melalui berbagai pertimbangan. Baik terkait penunjukan orang-orang di KPK, maupun di Polri. “Jadi mari kita percaya. Kita tunggu gebrakan-gebrakannya,” ajak pria yang akrab disapa Hensat ini. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.