Dark/Light Mode

Mengembangkan Potensi Anak dan Pencapaian Keunggulan Nasional

Senin, 17 Februari 2020 13:10 WIB
Dede Rahmat Hidayat (Foto: Istimewa)
Dede Rahmat Hidayat (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setiap manusia dianugerahi potensi yang berbeda-beda. Kelebihan dan kekurangan itu wajar dan memang demikian adanya. Apabila ada orang yang hebat sepak bola tetapi lemah di matematika seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Namun keyakinan itu berbeda dalam praktik pendidikan formal di sekolah. Kebanyakan orang tua berharap tidak memiliki kekurangan. Atas dasar itu guru dan orang tua berlomba dan berupaya dengan keras supaya anak-anaknya memiliki kemampuan yang tinggi dalam semua hal. Tidak aneh banyak anak yang diikutkan dalam berbagai les, meskipun akan membebani dan membuat mereka kelelahan, karena waktunya habis untuk belajar. Apa yang sesungguhnya diharapkan dengan pendidikan apabila praktiknya seperti ini?          

Salah satu tujuan penting dalam pendidikan adalah mengembangkan potensi. Hal ini berarti ada tahapan di mana potensi tersebut diketahui kemudian difasilitasi dan dilatihkan sehingga dapat berkembang sampai pada tahap yang optimal. Dalam konteks belajar, anak-anak yang menjadi peserta didik harus diketahui kehebatannya (potensi). Cara yang sederhana untuk mengetahuinya adalah dengan melihat seberapa cepat dan seberapa dalam mereka menguasai suatu materi dalam mata pelajaran yang disampaikan. Apabila anak tersebut sangat cepat menguasai materi dan dengan hasil yang lebih baik berarti potensinya dalam bidang pelajaran tersebut. Sebagai contoh kemampuan yang menonjol dari seorang anak adalah mata pelajaran bahasa. Dia akan sangat baik dalam mata pelajaran tersebut tapi mungkin tidak terlalu baik untuk mata pelajaran yang lain.       

Ironisnya, ada kesalahan dalam cara berpikir pada orang tua dan guru mengenai kemampuan anak. Bahwa anak pintar akan selalu bagus di setiap mata pelajaran. Cara berpikir ini bertentangan dengan prinsip bahwa setiap orang unik dan memiliki kapasitas yang berbeda. Bukankah para bintang hanya memiliki satu keahlian dalam satu bidang saja. Christiano Ronaldo atau lionel Messi hanya jago sepakbola tidak jagoan dalam bidang tarik suara. Meskipun ada juga Vladimir Putin yang ahli dalam bidang politk juga jagoan Yudo, tapi yang menonjol tetap saja kepemimpinan politiknya bukan yudo-nya.  

Rencana Kemendikbud untuk membangun Pusat Prestasi Nasional dalam rangka mengakomodasi anak berbakat selain tiga pusat lainnya, yaitu Pusat Pusat Penguatan Karakter, Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan serta Pusat Data, Teknologi dan Informasi. Pembentukan Pusat Prestasi Nasional patut diapresiasi keberadaannya. Mungkin rencana pembentukan pusat prestasi bertujuan untuk mengoptimalkan potensi anak. Sehingga anak yang memiliki kehebatan dalam bidang tertentu akan terus dikembangkan sampai mencapai hasil yang optimal, meskipun hanya satu saja kehebatannya.           

Baca juga : Jelang PON, Panitia Pasarkan Kerajinan Tradisional Khas Papua

David Sousa, seorang ahli neuroeducation dari Amerika, menjelaskan bahwa keberbakatan adalah istilah yang paling sering digunakan untuk menunjukkan suatu keluarbiasaan. Sementara istilah talenta ditujukan pada mereka yang sejak dini telah menunjukkan keluarbiasaan yang bersifat khusus. Berbeda dengan Sousa, Joseph Renzulli seorang professor psikologi Pendidikan di Amerika mengabungkan kedua istilah ini menjadi satu pengertian yaitu gifted and talented (G&T).        

Apabila arah program pusat prestasi hanya ditunjukkan untuk mereka yang dianggap luar biasa, maka hanya sedikit anak yang menikmati program. Secara statistik anak gifted talented hanya berjumlah lima persen dari total populasi. Di antaranya ada yang tidak teridentifikasi karena anak itu sesungguhnya bertalenta tapi tidak tampak kemampuannya. Untuk itu harus dilakukan penilaian (assesmen) secara mendalam oleh profesional. Jadi sepatutnya program pengembangan perstasi diarahkan kepada siswa seluruh siswa tapi kemampuan uniknya dioptimalkan.         

Untuk jumlah yang sangat besar asesmen secara profesional dapat dilakukan. Merujuk data dari BPS didapatkan bahwa jumlah total peserta didik tahun ajaran 2017/2018 ada 45,3 juta orang, mulai dari SD, SMP, SMA dan SMK. Kita tidak ingin hanya sedikit anak-anak Indonesia yang potensinya dikembangkan tetapi kalau mungkin sebanyak-banyaknya. Cara yang paling mungkin dilakukan adalah proses identifikasi sederhana mengenai potensi anak yang dilakukan oleh orang tua dan guru, walaupun mungkin hasilnya tidak akan terlalu mendalam, tapi setidaknya ada penilaian awal mengenai potensi yang akan dikembangkan.         

Mengubah Dunia        

Baca juga : Bumikan Pancasila, Kemendagri Gelar Talkshow Nasional Is Me

Demikian demikian tahapan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi atau talenta adalah pertama, asessmen berkelanjutan sejak dini, bisa dilakukan oleh para orang tua dan guru taman kanak-kanak sampai di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bentuk asesmen yang digunakan adalah observasi. Selanjutnya dilakukan oleh profesional setelah tampak lebih jelas mengenai talenta yang mumpuni.   Kedua, pengembangan potensi secara konsisten dan berkesinambungan.         

Sebagai ilustrasi, para pemain bola profesional sudah mulai diidentifikasi dan kemudian dilatih secara berkesinambungan untuk setiap kelompok umur dengan treatment yang berbeda-beda. Jadi seharusnya apabila ingin anak-anak kita optimal di bidang yang akan dipilihnya, harusnya treatment yang dilakukan seperti itu sifatnya. Pengembangan bakat atau potensi dapat diwadahi dalam kurikulum maupun esktrakuliker. Pengembangan bakat melalui kurikulum dikemukakan oleh Profesor Conny Setiawan dalam bentuk kurikulum berdiferensiasi. Mendorong peningkatan kehidupan mental anak berbakat melalui program yang akan dapat menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi.

Selain melalui kurikulum peningkatan potensi juga dapat dilengkapi dengan kegiatan ekstrakulikuler yang dijalankan dengan benar. Tidak seperti ekstra kulikuler yang berjalan seperti sekarang ini. Di mana kegiatan esktrakulikuler umumnya yang hanya pelengkap kegiatan belar dan tidak direncanakan dengan matang. Keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakulikuler tanpa didasarkan rekomendasi yang berbasis assessment ataupun penilaian protofolio. Padahal ekstra kulikuler dapat menjadi cara yang baik untuk mengembangkan potensi anak. Kegiatan ekstra kulikuler yang  dirancang dengan baik, dibimbing oleh guru yang fokus menangani bidang tersebut (bukan sambilan) atau bahkan oleh profesional hasilnya akan optimal.          

Belajar kepada apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah Taiwan dimana setiap anak sudah diidentifikasi potensinya sejak usia dini. Anak-anak disana sudah diarahkan untuk mengembangkan kemampuannya sejak dini. Sehingga tidak aneh meskipun Taiwan negara yang tergolong kecil, tetapi kemampuannya untuk bertahan sangat hebat dan termasuk negara dengan kategori yang makmur dengan tingkat pengangguran yang rendah. Tentu saja pencapaian ini bukan diperoleh secara instant tetapi melalui perencanaan matang yang dijalankan secara konsisten.         

Baca juga : KPK Merasa Terbantu Polisi se-Indonesia Kejar Harun Masiku

Pendidikan yang dijalankan dengan baik merupakan sesuatu yang powerful karena akan menjadikan bangsa ini besar dan maju. Hal ini yang diyakini Mandela bahwa “pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia”. Mesti diingat bahwa pendidikan bukan hanya masalah masa depan tetapi menyangkut keberlangsungan sebuah bangsa.

Dede Rahmat Hidayat (Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Jakarta, Founder www.edukasikarir.org)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.