Dark/Light Mode

Kang Emil : Pelonggaran PSBB Jabar Tunggu Hasil Kajian Komprehensif

Rabu, 20 Mei 2020 08:10 WIB
Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil. (Dok : Humas Pemprov Jabar)
Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil. (Dok : Humas Pemprov Jabar)

 Sebelumnya 
Penguatan koordinasi, penerapan aturan PSBB, dan edukasi masyarakat, menjadi upaya-upaya yang diambil Pemprov Jabar, supaya pada Juni 2020 kasus Covid-19 melandai.

Koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional maupun gugus tugas kabupaten/kota pun ditingkatkan.

Beragam upaya tersebut menentukan pengendalian Covid-19 di Jabar, termasuk pengetesan masif dengan metode teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) atau tes swab selama PSBB tingkat provinsi untuk menemukan peta persebaran Covid-19 secara tepat.

Pemprov Jabar menyebar 105.834 rapid diagnostic test (RDT) ke 27 kabupaten/kota, instansi pemerintah, dan institusi pendidikan. Hasil RDT, 2.924 warga terindikasi positif Covid-19 atau reaktif, dilanjutkan tes swab bagi mereka dan hasilnya 231 positif.

Baca juga : Mardani Sebut Kebijakan Melonggarkan PSBB Nyusahin Kepala Daerah

"Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan, termasuk psikologis masyarakat. Kemudian yang menjadi pertimbangan pelonggaran PSSB adalah kegiatan ekonomi masyarakat. Tentu saja, kegiatan ekonomi harus disertai dengan jaga jarak dan disiplin kenakan masker," ucapnya.

Ia menyebut dua kali tes masif (baik dengan metode RDT maupun PCR) sudah cukup optimal dijalankan dan melibatkan semua kabupaten/kota. Pihaknya sedang mempercepat analisa hasil tes itu.

Berli menyatakan upaya tersebut harus disertai kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak dan membatasi pergerakan manusia, karena berkontribusi besar menghentikan rantai penularan dan mengendalikan Covid-19.

"Masyarakat diharapkan kerja sama dan dukungan penuh terhadap pemberlakuan PSBB tingkat provinsi ini. Bentuk partisipasi masyarakat ini dapat berupa upaya-upaya mandiri, baik perorangan maupun kelompok, dalam menegakkan dan menerapkan protokol kesehatan," katanya.

Baca juga : Komisi V Khawatir Pelonggaran PSBB Bakal Berdampak Buruk

Menurut epidemiolog Universitas Padjadjaran Pandji Fortuna Hadisoemarto, pergerakan masyarakat amat krusial dalam menekan kasus Covid-19 di Jabar. Semakin kecil persentase pergerakan masyarakat, semakin cepat pandemi Covid-19 ditanggulangi.

Hal tersebut didapat berdasarkan pemodelan yang ia buat. "Jadi permodelan saya itu membuat simulasi bagaimana Covid-19 akan menyebar di Jabar dengan skenario. Yang pertama skenarionya kondisi sekarang.

Nampaknya, walau PSBB sudah berhasil menurunkan transmisi, tetapi masih ada sisa transmisi yang mana menyebabkan kita masih melihat ada kasus-kasus baru setiap hari," katanya.

Jika pergerakan masyarakat tidak dapat ditekan lebih kecil, katanya, pandemi Covid-19 baru bisa teratasi sampai tiga tahun ke depan. Oleh karena itu, Pandji menegaskan pentingnya pergerakan masyarakat terus ditekan.

Baca juga : Tak Setuju Pelonggaran PSBB, Syarief Hasan Tagih Konsistensi Pemerintah Perangi Covid-19

"Intinya apa? PSBB ini saya simulasikan dengan pengetatan sedikit lagi saja, itu kita bisa mempercepat habisnya wabah Covid di Jabar dalam waktu kurang dari satu bulan," ujarnya. [DR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.