Dark/Light Mode

Diungkapkan Komjen Boy

Ada Corona Pun, Teroris Tetap On

Sabtu, 11 Juli 2020 05:38 WIB
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar pada acara Ngopi Yuk Rakyat Merdeka. (Foto: ist)
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar pada acara Ngopi Yuk Rakyat Merdeka. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wabah virus corona tak membuat para teroris libur. Mereka justru tetap menjalankan aksinya: melakukan teror. Aparat masih menjadi targetnya.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, pada acara Ngopi Yuk bersama Rakyat Merdeka, kemarin. Acara bertema “Wabah Corona Merajalela, Ancaman Terorisme Juga Nyata” itu, dimoderatori wartawan senior Rakyat Merdeka, Kiki Iswara.

Menurut Boy, para teroris memanfaatkan kelengahan aparat yang tengah fokus membantu penanganan pandemi corona. Boy menunjukkan buktinya.

Baca juga : Anggaran PEN UMKM Baru Terserap 0,20 Persen

Januari-Juli 2020, ada 90 penangkapan yang dilakukan penegak hukum terkait adanya rencana serta kegiatan aksi teror. Itu mengindentifikasikan semua sel-sel jaringan terorisme yang termonitor tetap melakukan berbagai rencana aksi.

Boy juga menyebut aksi teror nyata pada 1 Juni yang dilakukan anak muda bernama Abdurrahman terhadap Polsek Daha Selatan. “Ini bukti, di masa pandemi ternyata mereka juga menargetkan petugas sebagai sasaran aksi teror," ungkap Eks Kapolda Banten dan Papua itu.

Berdasarkan hasil pengembangan, lanjutnya, para teroris berusaha menargetkan merekrut anak muda. Meraka disiapkan untuk melancarkan aksi teror secara tunggal. Namun di belakang itu ada sejumlah pihak yang membantu bahkan mempersiapkan senjata tajam dan sarana teror lainnya. "Ini dapat dikatakan terorganisir," tuturnya. 

Baca juga : Teroris Manfaatkan Momentum Corona Untuk Rekrut Anggota

Pencegahan terus digencarkan BNPT bersama kementerian, TNI, Polri, dan masyarakat. “Kita harus bersatu padu menjadi sebuah kekuatan besar yang pada akhirnya rencana aksi teror itu bisa dicegah," harapnya.

Menurut Boy, ada tiga unsur yang perlu dipahami untuk menghadapi ancaman terorisme: Pertama, kontra narasi. Kedua, kontra propaganda. Ketiga, kontra ideologi. 

Dia menjelaskan, kontra narasi tidak memberikan ruang kepada konsumen konten yang berseliweran di dunia maya. Menurutnya, penyebarluasan paham radikalisme di dunia maya begitu massif lantaran pengguna internet di Indonesia mencapai 150 juta orang. Dengan begitu, kontra narasi perlu digagas. 

Baca juga : Yakin Aman dari Corona, Serena Nggak Sabar Main di US Open

"Apabila kita tidak melakukan ini, mereka akan mendominasi ruang informasi dan akan diakses seluruh rakyat Indonesia, termasuk anak muda," akunya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.