Dark/Light Mode

Data KreditPlus Diduga Bocor

Pakar Keamanan Siber : Ini Berbahaya Bagi Nasabah

Selasa, 4 Agustus 2020 07:59 WIB
Ilustrasi pencurian data. (Foto : Istimewa)
Ilustrasi pencurian data. (Foto : Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sekitar 896 ribu data pribadi pengguna KreditPlus diduga bocor dan dijual di forum underground. Data tersebut meliputi nama, KTP, email, password, alamat, nomor HP, data pekerjaan, dan data keluarga penjamin.

Pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa informasi yang bocor ini adalah data sensitif yang begitu lengkap, dan ini sangat berbahaya untuk nasabah.

Kelengkapan data nasabah memancing kelompok kriminal untuk melakukan penipuan dan tindak kejahatan yang lainnya.

"Masalah utama di Tanah Air belum ada Undang-undang yang memaksa para penyedia jasa sistem elektronik ini untuk mengamankan dengan maksimal data masyarakat yang dihimpunnya. Sehingga data yang seharusnya semua dienkripsi, masih bisa dilihat dengan mata telanjang,” ujar Pratama kepada RMco, Selasa (4/8/2020).

Dalam hal ini negara punya tanggungjawab untuk melakukan percepatan pembahasan RUU Perlindungan Data Pribadi. Nantinya, dalam UU tersebut harus disebutkan bahwa setiap penyedia jasa sistem transaksi elektronik (PSTE) yang tidak mengamankan data masyarakat, bisa dituntut ganti rugi dan dibawa ke pengadilan.

Baca juga : Masyarakat Kepulauan Seribu Senang Ekonomi Bangkit Lagi

"Hal serupa ada di regulasi perlindungan data pribadi bagi warga uni eropa, GDPR atau General Data Protection Regulation. Setiap data yang dihimpun harus diamankan dengan enkripsi," ungkap Chairman Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini.

Ia melanjutkan, bila terbukti lalai, maka penyedia jasa sistem elektronik bisa dikenai tuntutan sampai 20 juta euro.

"Bisa dibayangkan bila KreditPlus ada di luar negeri, bisa dikenai pasal kelalaian dalam GDPR. Sama juga dengan peristiwa kebocoran data yang sudah terjadi di Tanah Air sebelumnya,” terang pria yang juga dosen pascasarjana Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini.

Karena itu sangat penting pasal perlindungan ini masuk dalam RUU PDP di Tanah Air. Pihak penyelenggara sistem transaksi elektronik harus mulai menjadikan data penggunanya sebagai prioritas keamanan.

Pilih teknologi enkripsi teraman dan semua data harus dienkripsi. Data offline juga harus mendapatkan model pengamanan yang tidak kalah ketat.

Baca juga : Menkominfo Kena Getahnya

“Untuk mencegah pencurian data berulang, perlu diadakan penetration test dan juga bug bounty. Setiap PSTE bisa memberikan rewards yang layak pada setiap pihak yang menemukan celah keamanan pada sistem mereka. Hal ini sering dilakukan Apple, Google, FB, Amazon dan raksasa teknologi lainnya,” jelasnya.

Peristiwa pencurian data yang terus berulang ini sebaiknya mendorong Kemkominfo dan BSSN untuk lebih sering turun ke lapangan melakukan edukasi dan memaksa PSTE untuk membangun sistem yang lebih baik, terutama dalam melindungi data nasabah atau pelanggan platform mereka.

Pasalnya, keamanan siber ini akan menjadi salah satu hal yang dijadikan patokan investor untuk berbisnis di tanah air.

“Sebelum pemilik layanan bisa mengamankan data pribadi penggunanya, kita juga harus bisa mengamankan data pribadi kita sendiri. Misalnya buat password yang baik dan kuat dan aktifkan two factor authentication," jelas Pratama.

Ia menambahkan, pengguna juga harus pasang antivirus di setiap gawai yang digunakan, jangan menggunakan wifi gratisan, jangan membuka link yang tidak dikenal dan mencurigakan, serta pengamanan standar lainnya.

Baca juga : Maskapai Sriwijaya Air Siapkan Layanan Rapid Test Berbayar Bagi Calon Penumpang

Informasi dugaan kebocoran data melibatkan layanan peminjaman online KreditPlus ini pertama kali diunggah oleh akun Twitter Teguh Aprianto. Seperti dikutip dari akun dengan nama @secgron, Senin (3/8/2020), ada sekitar 896 ribu data pengguna KreditPlus yang bocor dan dijual di forum underground.

Sebagai informasi, temuan kebocoran data ini sempat diungkap oleh salah satu perusahaan keamanan siber, Cyble, pada Juni 2020. Lalu, situs Cyberthreat.id juga sempat memberitakan perihal temuan ini.

Dalam keterangan dari situs Raidforum tempat data ini ditawarkan, akun yang menawarkannya diketahui sudah memiliki reputasi yang cukup baik. Hal itu ditunjukkan dengan titelnya sebagai GOD.

Hingga berita ini rilis, pihak KreditPlus sendiri belum memberikan tanggapan. Sebagai informasi, KreditPlus merupakan salah satu penyedia layanan keuangan digital di Indonesia. [FAZ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.