Dark/Light Mode

Anggota DPR Tanya Keislamannya

Menteri Agama Tak Emosi

Rabu, 9 September 2020 05:55 WIB
Menteri Agama, Jenderal (Purn) Fachrul Razi. (Foto : RM)
Menteri Agama, Jenderal (Purn) Fachrul Razi. (Foto : RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Agama, Jenderal (Purn) Fachrul Razi jadi bulan-bulanan anggota DPR saat rapat kerja, kemarin. Para wakil rakyat kesal dengan omongan Fachrul yang dinilai banyak menyudutkan Islam. Sampai-sampai ada anggota DPR yang mempertanyakan keislaman Fachrul.

Menanggapi semua serangan itu, Fachrul tampil dengan tenang. Tidak emosi. Fachrul tiba di ruang rapat Komisi VIII DPR, Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, sekitar pukul 9.50 WIB. Eks Wakil Panglima TNI itu datang mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan peci warna hitam.

Kedatangan Fachrul langsung disambut Ketua Komisi VIII DPR, Yandri Susanto. Yandri mempersilakan Fachrul masuk ke ruang tunggu untuk ramah tamah.

Sepuluh menit kemudian, rapat dimulai. Rapat dipimpin Yandri. Agenda utamanya membahas rencana anggaran Kementerian Agama (Kemenag) 2021, tapi kesempatan itu dijadikan Anggota DPR untuk menumpahkan kekesalannya.

Kekesalan anggota DPR itu terlihat sejak rapat dimulai. Saat memberikan kata pengantar, Yandri langsung menyoroti berbagai kebijakan dan pernyataan Fachrul.

Dia bilang, Komisi VIII DPR menyayangkan berbagai omongan Menteri Agama yang sering menimbulkan kontroversi di publik. Menurut dia, Fachrul banyak mengeluarkan pernyataan yang tidak substantif dan sering menimbulkan kegaduhan.

Mulai dari omongan larangan cadar, celana cingkrang, sampai yang terbaru ungkapan paham radikalime disusupkan oleh orang yang good looking dan penghafal Al-Quran.

“Ini pernyataan yang tidak arif, Pak Menteri,” tegas politisi asal PAN ini.

Baca juga : Para Menteri Lupa Negara Lagi Cekak

Disinggung begitu, Fachrul hanya mengangguk-angguk dan menulis di bukunya. Yandri mengaku mendapat banyak protes dari para alim ulama, pengasuh pondok pesantren, dan guru ngaji yang tersinggung dengan ucapan tersebut.

Karena seolah-olah orang yang hafal Al-Quran itu radikal.

“Saya kira penting disampaikan, siapa yang radikal itu,” ujarnya.

Terakhir, Yandri mengingatkan Kemenag agar tidak melakukan pemotongan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) madrasah dan pesantren.

Kritikan juga datang dari anggota Komisi VIII lainnya saat sesi tanya jawab. Misalnya, Ali Taher yang mempersoalkan berbagai omongan Fachrul.

Kata dia, beberapa hari terakhir terjadi kegaduhan di publik akibat omongan Fachrul soal radikalisme. Melihat jejak rekam omongan itu, Ali menilai, Fachri cocoknya menjadi Menko Polhukam atau Menteri Pertahanan ketimbang Menteri Agama.

Soalnya, apa yang disampaikan Fachrul sering kontra produktif dengan tugasnya. Mestinya, Fachrul sebagai Menteri Agama mengambil posisi yang menenangkan, menggembirakan, mencerdaskan, dan mengajak untuk berbuat demi anak-anak bangsa.

Soal radikalisme, Ali mengaku, hatinya hancur dan terkoyak setelah mendengar pernyataan Fachrul tentang agen radikalisme.

Baca juga : Menteri Takut Ke Wapres

Menurut dia, kok bisa Menteri Agama mengatakan para ustadz, guru ngaji itu adalah bagian-bagian dari bibit radikalisme.

“Apakah itu benar atau tidak, nanti Pak Menteri klarifikasi. Tapi publik sudah menyatakan itu. Sampai saya bertanya Pak Menteri agama Islam apa bukan,” papar Politisi PAN itu.

Ali pun meminta, Fachrul berhenti berkata radikalisme. Sebab, menurutnya, Islam itu penuh kasih sayang.

“Dengan demikian, menurut pandangan saya, Pak Menteri Agama, sekali lagi saya mengajak berhenti berkata radikalisme,” tegasnya.

Menanggapi berbagai kritikan itu, Fachrul tidak emosi. Menurut dia, pernyataan soal radikalisme terlontar saat mengisi acara di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dengan topik “ASN No Radikalisasi”.

“Saya garis bawahi, saya mohon maaf tidak tahu kalau itu jadi konsumsi publik, saya kira itu internal ASN. Kalau publik saya akan bicara dengan bahasa beda meskipun substansinya sama,” kata Fachrul.

Menurut Fachrul, ada tiga hal yang disampaikannya dalam forum tersebut, yakni rekrutmen ASN, pendidikan di lembaga lanjutan oleh pemerintah, dan pengamatan dalam ibadah keseharian.

Dia mengaku, bicara tentang masuknya paham radikalisme melalui orang-orang good looking yang memiliki pengetahuan agama luas, pandai berbahasa Arab, dan hafal Al Quran.

Baca juga : Ditawari Kursi Menteri Enam Kali, Uno Menolak

Soal omongan Ali yang meragukan keislamannya, Fachrul minta, semua pihak bersikap dewasa. Dia mengatakan, tidak pernah bilang guru ngaji bagian dari radikalisme.

Saat menjadi narasumber, Fachrul menjelaskan, radikalisme juga disebabkan oleh ketidakadilan dan sebagainya. Tapi yang diangkat orang bukan yang itu. Tapi yang kata-kata itu.

“Saya lebih suka buka utuh pembicaraan saya itu. Nggak usah ditambah-tambahi dari itu. Kalau orang lain nambahnambahi nggak apa-apalah. Kalau DPR ngggak usahlah,” ujarnya.

Dia mengatakan, sudah lama berjuang untuk Islam. Sejak masih siswa Taruna, Fachrul sudah berjuang untuk Islam. Setelah berpangkat letnan, kapten, ia terus berceramah dan menjadi khotib di mana-mana. Fachrul juga mengaku banyak mengurus pesantren.

“Orang-orang tertentu nggak suka sama saya. Tapi saya tak peduli,” pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.