Dark/Light Mode

Bilang Yang Demo Sampah Demokrasi

Ngabalin Disentil Tifatul

Kamis, 15 Oktober 2020 07:19 WIB
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin (Foto: Istimewa)
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin, kena sentil mantan Presiden PKS, Tifatul Sembiring. Gara-garanya, Ngabalin ngatain yang demo meminta Presiden Jokowi mundur sebagai sampah demokrasi.

Ngabalin mengeluarkan kata-kata itu saat memantau demonstrasi alumni 212 yang menolak UU Cipta Kerja, Selasa (13/10). Dalam demonstrasi tersebut, alumni 212 memang sempat menyuarakan tuntutan meminta MPR memakzulkan Presiden Jokowi.

"Kemudian berteriak-teriak meminta presiden mundur, sampah namanya itu. Itu yang Abang bilang sampah. Belum lagi para perusuh," ucap Ngabalin, seperti dikutip detikcom

Baca juga : Sidang Perdana Djoko Tjandra Digelar Virtual

"Itu namanya sampah demokrasi. Tujuan apa (yang) mereka maksud? Berteriak atas nama UU Cipta Kerja, tapi ujung-ujungnya berteriak Presiden mundur. Lu siapa? Mulut-mulut sampah, mulut-mulut comberan. Lu siapa sih? Emang kau siapa, organisasi apa kau? Mau sok-sok minta Presiden mundur,' tambah Ngabalin.

Membaca berita Ngabalin tersebut, Tifatul langsung berkicau. Dia menilai Ngabalin seperti kacang yang lupa kulitnya. "Pendemo itu bukan sampah demokrasi, Mas Ali. Tapi mereka menggunakan hak demokrasi yang dijamin UUD. Tiap warga negara punya hak bicara, hak kerja dan hidup yang layak. Anda baca UUD NRI tahun 1945 lagi deh. *KacangLupaKulit#," tulis Tifatul di akun twitternya, @tifsembiring, kemarin. 

Komentar kencang dari mantan Menkominfo itu memantik perhatian warganet. Sampai pukul 10 malam tadi, ada 415 komentar, 1.063 retweet, dan 2.682 tanda suka. 

Baca juga : Demokrat Naik Pitam

"Ini yang angkat tangan brewokan aslinya sampah masyarakat," kata @andialmeera sambil menyertakan foto Ngabalin sedang menjadi korlap aksi kasus penistaan agama yang melilit Basuki Tjahaja Purnama pada 2016. "Dulunya gitu juga, tapi lupa apa artinya demo," timpal @AgungLiao. "Cermin mana cermin," suruh @Dedykurniawands kepada Ngabalin. "Berarti Pak Ngabalin dulunya pernah jadi sampah dong," ledek @Januerin2. 

Ada juga yang menilai ucapan Ngabalin bisa dipidanakan. "Sekali-kali Ngabalin dikasih pasal ujaran kebencian kek," desak @Wancenn. "Mana sempat keburu telat wkwk," sahut @bhrull21. 

Sedangkan akun @setiodarjanto berusaha sabar. Menurutnya, sampah bisa bermanfaat jika diolah dengan baik. "Tidak apa disebut sampah demokrasi. Setidaknya sampah tetap akan berguna dan banyak yang tidak tahu filosofi tentang sampah," tulisnya.

Baca juga : Partai Ka`bah Memanas, Saling Serang, Saling Bela

Akun @syahrial_nst menceritakan kisah Ngabalin saat menjadi korlap aksi pelengseran Presiden ke-4, Abdurrahman Wahid. "Teman-teman wartawan yang pernah bertugas/ditugaskan menjelang SI MPR 2001 yang melantik Megawati menjadi Presiden ke-5 RI, pasti ingat sama Ali Ngabalin. Dia salah satu korlap aksi menuntut Gus Dur dicopot," kisahnya. "Berarti ngabalin lagi juga sampah," sahut @RicKY_KCH. 

Politisi Demokrat, Rachland Nashidik turut berkomentar dan menyebut Ngabalin otoriter. "Pak Ngabalin, demokrasi itu bersih. Otoriterisme lah yang mengotori demokrasi. Dan Anda yang di Istana: Anda lah sampah otoriterisme!" tulis @RachlanNashidik.

Namun, ada juga yang membela Ngabalin. Akun @radenpriadi salah satunya. Menurutnya, demonstran dikategorikan sampah apabila anarkis. "Begitu pendemo mulai merusuh, membuat kerusakan fasilitas umum dan privat, saat itu pendemo menjadi sampah demokrasi," paparnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.