Dark/Light Mode

Di Zona Hijau Dengan Prokes Ketat

Jangan Takut Buka Sekolah

Rabu, 9 Desember 2020 06:50 WIB
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof Muhadjir Effendy. (Foto Instagram)
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof Muhadjir Effendy. (Foto Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah sudah merancang,mulai semester depan, sekolah akan dibuka kembali. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Muhadjir Effendy berharap, pihak sekolah, tenaga pengajar, dan pemerintah daerah, tidak takut membuka sekolah tatap muka. Asal, menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan percaya diri. Insya Allah aman dari penyebaran Corona.

Hal ini disampaikan Muhadjir dalam Focus Group Discussion (FGD) Rakyat Merdeka secara virtual, kemarin. FGD yang dipandu Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara itu mengangkat tema “Memutus Rantai Covid-19, Pengurangan Libur & Kesiapan Sekolah dengan Prokes”.

Dalam paparannya, Muhadjir mengajak semua pihak berpikir mengenai pentingnya membuka sekolah.

Menurutnya, semakin lama sekolah jarak jauh diterapkan, dampak negatifnya akan sangat terasa. Dampaknya lebih parah dibandingkan menumbuhkan ekonomi.

“Memulihkan ekonomi bisa diukur. Pertumbuhannya sudah berapa, daya belinya tumbuh berapa. Kalau siswa tidak masuk sekolah, sulit memprediksi seperti apa kerusakan yang terjadi,” terang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Kerusakan yang dimaksud Muhadjir adalah tidak adanya pendidikan karakter. Saat ini, dampaknya sudah terasa. Pendidikan seperti ini tidak bisa diberikan dalam pembelajaran jarak jauh. Pendidikan ini harus dilakukan secara tatap muka.

Baca juga : KPU Tunda Pilbup Boven Digoel

Karena itu, kata Muhadjir, sekolah tatap muka harus dibuka. Yang penting, pembukaan itu dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan dengan ketat.

Salah satu protokol kesehatan tersebut memakai masker. Muhadjir menyadari, saat ini, masker ukuran siswa SD dan taman kanak-kanak masih sulit didapat. Untuk itu, dia meminta sekolah dan pemerintah daerah segera melakukan pengadaan masker.

“Sebagian besar itu kan masker dewasa. Masker anak masih langka. Kalau masker dewasa digunakan anak, kan tidak menjamin itu aman,” ungkapnya. 

Protokol kesehatan selanjutnya adalah rajin mencuci tangan. Menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini, pandemi Corona bisa dijadikan momentum oleh pihak sekolah untuk menanamkan pola hidup bersih dan sehat bagi anak-anak. Salah satunya, anak harus rajin mencuci tangan.

Selain itu, pihak sekolah bisa menanamkan ke anak-anak untuk rajin olahraga dan menjaga daya tahan tubuh.

Muhadjir mencontohkan dirinya yang sudah berusia 64 tahun. Di tengah pandemi ini, dia semakin rajin berolahraga demi menjaga daya tahan tubuh. “Biasanya saya hanya push up 50 kali. Tapi sekarang, bisa 100 kali,” akunya, meyakinkan.

Baca juga : Adaptasi Kebiasaan Baru Bagi Guru dan Murid di Sekolah

Kemudian, membiasakan diri berjemur di pagi hari. “Sebelum masuk (sekolah) siswa bisa ramai-ramai buka baju berjemur 1/4 jam. Kecuali putri mungkin bisa dicarikan tempat khusus,” sarannya.

Menurutnya, selain edukasi, langkah ini juga sebagai ungkapan rasa syukur terhadap ciptaan Tuhan. Betapa besarnya nikmat sinar matahari di pagi hari yang diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Sinar matahari pagi ini ada hampir sepanjang tahun. “Coba di London, Inggris, belum tentu Sabtu dan Minggu muncul matahari,” imbuhnya.

Soal keamanan sekolah tatap muka, Muhadjir sudah melihat buktinya saat beberapa kali melakukan kunjungan ke daerah. Selama ini, memang banyak sekolah di daerah yang sudah menggelar sekolah tatap muka. Seperti di Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

Dia melihat proses belajar mengajar berjalan optimal lantaran diiringi penerapan prokes yang ketat. “Alhamdulillah, sampai sekarang aman-aman saja, malah tambah bergairah,” ucapnya.

Meski demikian, jika kebijakan ini telah dilaksanakan, bukan berarti sekolah harus buka seperti sebelum pandemi Corona. Apalagi di kota-kota besar yang tingkat penyebarannya masih tinggi. Muhadjir mempersilakan sekolah berimprovisasi agar kekhawatiran penyebaran menurun. “Bisa dengan sistem bergilir,” ujarnya.

Dia mencontohkan, seperti pembagian hari bagi siswa per kelas, memangkas jam belajar yang biasanya 6 jam menjadi 3 jam dan manfaatkan lingkup sekolah untuk menghindari penumpukan di kelas. “Atau siswa membuat kelompok-kelompok kecil dengan pengawasan guru,” tuturnya.

Baca juga : Polda Warning Rizieq: Jangan Bawa Massa Saat Diperiksa

Dalam FGD ini, Muhadjir juga bicara soal rencana vaksinasi. Menurutnya, untuk membuat kekebalan kelompok (herd immunity), vaksinasi tidak perlu dilakukan ke semua penduduk Indonesia. Apalagi, standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga tidak perlu semua. Cukup 70 persen.

Di sini, Muhadjir kemudian membuat ilustrasi vaksinasi dengan kehidupan kerbau di padang belantara. Dia menganalogikan yang divaksin dengan kerbau jantan dan yang tidak divaksin adalah kerbau betina dan anak-anak yang rentan dimangsa.

“Kalau 70 persen kerbau jantan, yang berada di luar, selalu menjaga betina dan anak, maka tidak ada satu pun predator yang berani mendekati. Teorinya seperti itu. Jadi, kalau 70 persen kebal alami dan artifisial, otomatis secara teoritik yang 30 persen ini akan selamat,” ucapnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.