Dark/Light Mode

Vaksin Nusantara Jangan Tenggelamkan Vaksin Merah Putih

Jumat, 19 Februari 2021 22:07 WIB
Ilustrasi riset vaksin Merah Putih (Foto: Antara)
Ilustrasi riset vaksin Merah Putih (Foto: Antara)

 Sebelumnya 
Menariknya lagi, vaksin ini juga beraroma politik, karena langsung didukung sejumlah politisi di parlemen. Pimpinan Komisi IX DPR sempat berkunjung ke RS Kariadi Semarang, dan menyatakan siap jadi relawan uji klinis fase 2. Mereka mendorong percepatan pengembangan vaksin ala Terawan ini dan meminta BPOM ikut turun tangan, mengecek uji klinisnya. “Semua anggota Komisi IX yang hadir bersedia untuk relawan uji klinis fase 2 Vaksin Nusantara,” ujar Melki Laka Lena Wakil Ketua Komisi IX. ​

Di dunia maya, yang meniupkan kehebohan dan dukungan untuk vaksin ala Terawan ini adalah sejumlah buzzer. Mereka juga memuji-muji Terawan, sebagai orang yang tidak sakit hati diberhentikan dari jabatan, malah menyumbangkan solusi di tengah pandemi. Bahkan ada yang menyebut Terawan sebagai tokoh yang akan menorehkan sejarah. Negarawan sejati, yang bekerja dalam senyap. ​

Melihat hebohnya vaksin ala Terawan ini, sejumlah pakar keheranan. Ahli Epidemiologi Griffith University, Australia Dicky Budiman, mengatakan, sel dendritik memang jenis antigen yang sangat kuat, cukup powerful menginduksi atau merangsang respon spesifik untuk pertahanan tubuh.

Baca juga : Tak Mudah, Ini Tantangan Perbankan Terapkan Teknologi Komputasi Awan

“Metode ini sudah pernah diperkenalkan sebagai strategi terapi terhadap pasien kanker. Berbasis imunoterapi, memang relatif aman. Pada kasus kanker, pengobatan ini terbukti berpotensi menguatkan respon imun anti kanker atau tumor serta memperpanjang harapan hidup,” katanya saat dihubungi RM.id, Kamis (18/2).

Tapi, apakah akan efektif untuk digunakan sebagai vaksin Covid-19? “Nah, ini nanti dulu. Harus melihat perkembangan risetnya. Kita harus dalam konsep akademis, kritis dan realistis,” ujarnya.

Dicky heran dengan klaim Terawan yang menyebut bahwa Vaksin Nusantara menciptakan kekebalan tubuh seumur hidup. Itu terlalu dini. “Dalam riset, klaim itu ada dasarnya. Vaksin yang ada saat ini saja, belum diketahui persis, kekebalannya bertahan berapa lama,” papar Dicky. Apalagi terkait Covid-19, tidak bisa diklaim untuk semua jenis strain. “Harus hati-hati dalam mengklaim. Tidak bisa sembarangan,” imbuhnya.

Baca juga : Terawan: Vaksin Nusantara Bisa Diproduksi 10 Juta Dosis Per Bulan

​Pakar-pakar yang aktif mencuit di Twitter pun cukup ramai. Ahli Biologi Molekuler Dr Ines Atmosukarto mengatakan, sebagai peneliti pengembangan vaksin, dia tegas mendukung penelitian berkualitas di Indonesia. Tetapi, Peneliti Australian National University itu bertanya, strategi ilmiah apa yang digunakan dalam Vaksin Nusantara.

Sel dendritik sudah diteliti sejak tahun 2000-an untuk imunoterapi kanker, tapi belum relevan untuk virus saluran pernafasan. Prosesnya pun mahal. “Untuk apa menggunakan pendekatan berbelit-belit, jika suntikan langsung cukup,” katanya.

Saat ini, sudah ada 6 jenis vaksin yang disuntik langsung dan dapat memicu respon imun yang baik. ​
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.