Dark/Light Mode
- Pemain Indonesia Jay Idzes Bawa Timnya Promosi Ke Seri A Liga Italia
- Ke Napoli, Conte Ancang-ancang Bawa Romelu Lukaku
- Imbang Lawan Tanzania, Marselino Cs Evaluasi Komunikasi Timnas
- Ini Yang Bikin Fajar/Rian Gagal Juara Di Singapore Open 2024
- Erick Thohir Puji Kualitas Pemain Pelapis Timnas Indonesia
Sebelumnya
Polisi juga menyelidiki map kuning yang sempat disinggung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat konferensi pers beberapa jam setelah kejadian. "Iya, itu dia masih didalami oleh Densus," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartono, enggan merinci isi tulisannya.
Sementara itu, analis militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati melihat, ada kemiripan rekruitmen dalam kasus penyerangan di Mabes Polri dan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Yaitu, para pelaku yang masih muda.
Baca juga : Cegah Terorisme, Masyarakat Harus Peka Lingkungan
Nuning, sapaan akrab Susaningtyas, menerangkan, ZA masih berusia 26 tahun. Pelaku bom Makassar juga masih berusia 26 tahun. Generasi muda ini merupakan sasaran utama perekrutan teroris.
Menurut Nuning, para milenial ini merupakan korban dari penetrasi ideologi kekerasan global yang masuk ke Indonesia. “Milenial kebanyakan masih mencari jati diri dan mengikuti arah pihak yang paling berpengaruh,” ujarnya, dalam webinar bertajuk “The Indonesia Intelligence Institute”.
Baca juga : Ngeri, Mabes Polri Diserang Teroris Berpakaian Perempuan
Menurut Nuning, pola rekruitmen saat ini berkembang menjadi lebih terbuka menggunakan ruang publik seperti sekolah, kampus, dan perkumpulan kegiatan kegiatan keagamaan. “Karena itu, pemerintah juga harus melibatkan milenial sebagai upaya melakukan pencegahan agar tidak ada perekrutan baru,” ujar doktor bidang komunikasi intelijen Universitas Padjadjaran (Unpad) tersebut.
Nuning menjelaskan, dalam menganalisa kejadian terorisme, harus holistik. Kejadian bom bunuh diri di Makassar dan penyerangan di Mabes Polri merupakan sinyal bahwa mereka ingin menunjukkan eksistensinya. “Oleh karena itu, harus dikenali embrio terorisme di Indonesia itu apa saja,” ujarnya, dalam diskusi yang juga disiarkan melalui Channel YouTube Ridlwan Djogja itu.
Baca juga : Ahok Kesiram Abunya
Selain melibatkan milenial, pemerintah juga diharapkan melibatkan tokoh-tokoh publik. “Rekruitmen terorisme selain dilakukan tertutup, juga ada ruang publik yang dipakai dalam proses penjaringan seperti di media sosial,” terang Nuning. [MEN]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.