Dark/Light Mode

Kabar Baik Jelang Lebaran, Efektivitas Vaksin Sinovac Di Dunia Nyata Makin Joss

Rabu, 12 Mei 2021 12:49 WIB
Ilustrasi vaksin Covid Sinovac (Foto: Randi Tri Kurniawan/RM)
Ilustrasi vaksin Covid Sinovac (Foto: Randi Tri Kurniawan/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Efektivitas vaksin Sinovac di dunia nyata, ternyata jauh lebih tinggi dibanding saat uji klinis di berbagai negara.

Kesimpulan ini antara lain diperoleh dari hasil wawancara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan Bloomberg, Selasa (11/5).

Menteri yang akrab disapa BGS itu mengungkap, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 25.374 tenaga kesehatan di Jakarta selama 28 hari setelah mereka menerima vaksinasi dosis kedua, vaksin Sinovac terbukti melindungi 100 persen dari risiko kematian dan 96 persen dari risiko rawat inap.

Baca juga : Jelang Lebaran, Jalur Utama Puncak-Cianjur Sepi Dari Kendaraan Pemudik

Sementara hasil uji coba fase III terbesar di Brazil menyebut, efektivitas CoronaVac hanya sedikit di atas 50 persen. Terendah di antara semua vaksin Covid generasi pertama.

"Fakta lainnya, sebanyak 94 persen tenaga medis yang telah mendapatkan vaksinasi penuh, terlindungi dari infeksi," kata BGS.

Mantan Wakil Menteri BUMN kelahiran 6 Mei 1964 ini tak banyak pilih-pilih soal vaksin. Yang penting, tingkat kemanjurannya di atas 50 persen, sesuai kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga : Jelang Lebaran, Pengawasan Prokes Pulau Pramuka Diperketat

"Efikasi minimal harus di atas 50 persen. Sinovac kan sudah lebih dari itu. Vaksin terbaik adalah vaksin yang bisa didapatkan dengan segera. Karena setiap suntika vaksin, diharapkan dapat mencegah kematian," jelas BGS.

"Ini bukan hanya tentang mendapatkan tingkat kemanjuran tertinggi, tetapi soal kecepatan penyuntikan," sambung mantan Direktur Utama MIND ID dan Bank Mandiri ini.

Saat ini, negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand tengah menghadapi lonjakan kasus dan angka kematian akibat Covid. Indonesia terlihat cukup stabil, setelah mencapai puncak pada Januari 2021.

Baca juga : Jelang Lebaran, Pertamina Tambah Pasokan LPG 3 Persen

Di tengah situasi ini, BGS meminta masyarakat agar tidak terlena. Protokol kesehatan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas yang tak perlu) harus dijalankan dengan baik, di mana pun berada.

Apalagi, di tengah momen Idul Fitri, mobilitas masyarakat tak bisa dibendung.

"Kita tak boleh terlena. Dengan jumlah populasi yang besar dan pelaksanaan protokol kesehatan yang masih kendor, liburan Idul Fitri bisa memicu lonjakan kasus hingga 60 persen. Karena banyak masyarakat yang kumpul-kumpul dengan keluarga, atau mudik. Meski sudah ada larangan dari pemerintah," tutur BGS mewanti-wanti.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.