Dark/Light Mode

SBY Bicara Pengangguran Dan Kemiskinan

Pendukung Jokowi Jangan Emosi

Minggu, 13 Juni 2021 07:40 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat sidang promosi doktor Edhie Baskara Yudhoyono di Institut Pertanian Bogor (IPB), yang disiarkan di YouTube, Kamis (10/6/2021). (Foto: YouTube)
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat sidang promosi doktor Edhie Baskara Yudhoyono di Institut Pertanian Bogor (IPB), yang disiarkan di YouTube, Kamis (10/6/2021). (Foto: YouTube)

 Sebelumnya 
Politisi senior PDIP, Hendrawan Supratikno bicara lebih luwes. Kata dia, tidak masalah mengenang prestasi. Namun, tidak bisa dibandingkan lantaran setiap periode memiliki kelemahan dan kekuatan masing-masing.

Dia bilang, memang betul ada penurunan kemiskinan dan pengangguran di masa SBY. Hanya saja, Hendrawan memberikan beberapa catatan. Kata dia, selama 10 tahun pemerintahan SBY tak ada badai krisis yang menyulitkan. Ada memang satu dua gelombang, misalnya terjadi 2013 saat Amerika Serikat melakukan kebijakan normalisasi fiskal dan moneternya.

Kata Hendrawan, kemiskinan dan pengangguran di era kepemimpinan Jokowi periode pertama juga menurun. Bukan cuma itu, indeks ketimpangan juga turun. Hanya, di periode kedua, ada pandemi yang datang secara tiba-tiba dan megakibatkan resesi.

Baca juga : MNC Vision Menangkan Hak Siar Piala Eropa

Bagaimana tanggapan Demokrat? Wasekjen Demokrat, Irwan Fecho, heran kenapa para pendukung Jokowi pada emosi sehingga mengritik balik SBY. “Apa tidak lihat dulu video saat pak SBY sambutan. Tidak ada satupun diksi atau kalimat yang membandingkan dengan Jokowi. Makanya belajar dulu tentang hubungan nilai kebaruan pada disertasi dengan aplikasinya untuk pembangunan,” kata Irwan, tadi malam.

Staf pribadi SBY yang juga pengurus Demokrat Ossy Dermawan ikutan bicara. Kata dia, SBY sedang tidak membandingkan prestasinya dengan yang sekarang. Untuk apa? Beliau hanya sampaikan dalam Sidang Doktor di IPB bahwa desertasinya di tahun 2004 dapat diterapkannya jadi kebijakan sehingga dapat turunkan kemiskinan dan pengangguran. “Baca dulu yang lengkap baru nge-gas,” kicau @ossydermawan.

Apa yang disampaikan SBY memang tak mengada-ada. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan dan pengangguran menunjukkan tren penurunan selama SBY menjabat. Pada 2014, BPS mencatat angka pengangguran berjumlah 10,25 juta. Di akhir kepemimpinan SBY, jumlah pengangguran mencapai level terendah yakni 7,14 juta orang.

Baca juga : Bicara Otsus Papua, Bupati Merauke Canangkan Lumbung Pangan Nasional

Angka kemiskinan pun mengalami penurunan. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin pada 2004 ada di angka 36,15 juta atau 16,6 persen. Pada September 2014, jumlah penduduk miskin bisa ditekan menjadi 27,73 juta orang, atau 10,96 persen.

Di periode pertama Jokowi, jumlah pengangguran mencapai level terendah pada Februari 2019 yakni 6,89 juta orang. Namun setelah itu naik menjadi 7,1 juta orang di Agustus 2019 dan tembus 9,76 juta orang pada Agustus 2020. Kenaikan itu lantaran ada pandemi. Data BPS terakhir mengungkapkan jumlah pengangguran berkurang menjadi 8,74 juta orang pada Februari 2021.

Begitu juga dengan kemiskinan. Di era Jokowi untuk pertama kali tingkat kemiskinan mencapai satu digit yaitu 9,8 persen atau sekitar 26 juta yakni pada Maret 2018. Namun, pada September 2020, tingkat kemiskinan kembali ke dua digit sebesar 10,19 persen, dengan jumlah penduduk miskin mencapai 27,55 juta orang. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.