Dark/Light Mode

Tagihan Pasien Corona Rp 22 T Belum Dibayar

Pak Menkes, Tolong Tuntaskan!

Minggu, 27 Juni 2021 08:00 WIB
Ilustrasi tenaga kesehatan (nakes). (Foto: Tedy Kroen/RM)
Ilustrasi tenaga kesehatan (nakes). (Foto: Tedy Kroen/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ditengah perang sengit dengan Corona, ‘amunisi’ rumah sakit mulai kembang kempis. Gara-garanya, pemerintah masih menunggak klaim biaya rumah sakit yang melayani pasien Corona. Jumlahnya pun tak sedikit; Rp 22 triliun.

Ada sekitar 1.500 klaim rumah sakit yang belum dibayar oleh pemerintah. Paling banyak rumah sakit swasta, kemudian rumah sakit daerah, dan rumah sakit Kementerian Kesehatan.

Akibat lambannya pembayaran itu, pelayanan sejumlah rumah sakit terhambat. Padahal, saat ini Corona lagi ngamuk. Tambahan pasien dalam beberapa ini mencapai 20 ribuan per hari dan ini menambah beban rumah sakit. Jika tidak segera diselesaikan, dikhawatirkan akan membuat rumah sakit bangkrut.

Baca juga : Menkes Kapok Meleset Terus

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), Lia G Partakusuma mengakui, adanya perubahan aturan menjadi salah satu kendala rumah sakit melengkapi persyaratan klaim yang diminta. “Meski begitu, bagi rumah sakit yang telah melengkapi administrasi klaim, telah mendapat klaim pembayaran lebih cepat,” bebernya, kemarin.

Menurut dia, adanya bantuan atau hibah dari pihak swasta dan pemerintah seperti Alat Pelindung Diri (APD), bantuan obat dan hal lainnya, membantu meringankan beban rumah sakit.

Hal senasib dialami tenaga kesehatan (nakes). Banyak naskes yang belum cair insentifnya. Padahal, mereka merupakan garda terdepan melawan Corona.

Baca juga : Menperin Turun Tangan

Ketua Satgas Covid-19 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Jajat Sudrajat mengatakan, keluhan para nakes banyak datang dari sejumlah daerah. Antara lain, dari nakes di daerah Bengkulu, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara. “Bahkan, beberapa nakes di daerah belum juga menerima insentif sejak Oktober 2020, bebernya.

Hal serupa juga terjadi di kalangan relawan dokter. Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih mengungkapkan, ada banyak relawan dokter mengeluhkan insentif yang tak kunjung cair. Padahal, mereka sudah rela meninggalkan pekerjaannya di rumah sakit sebelumnya untuk menjadi relawan.

“Kasihan keluarganya yang di belakang ada anak dan istrinya,” kata Daeng.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.