Dark/Light Mode

Ramai Campur Dan Tambah Dosis Vaksin Covid-19

Tolong Jangan Egois, Masih Banyak Yang Belum Divaksin

Jumat, 16 Juli 2021 05:21 WIB
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito. (Foto : Istimewa).
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito. (Foto : Istimewa).

 Sebelumnya 
“Tidak boleh dua vaksin Covid-19 (berbeda merek) dicampur, berbahaya bagi tubuh,” ujar @27kinkin.

Akun @Hndr_Y mengatakan, perlu ada penelitian lebih dulu, apakah vaksin Covid-19 berbeda merek bisa dicampur atau tidak. Kemudian, kata dia, perlu juga diteliti ba­gaimana efek sampingnya, plus minusnya dan efektivitas.

“Jangan sampai rakyat hanya dijadikan kelin­ci percobaan dalam vaksinasi dengan vaksin yang berbeda,” wanti-wanti @muputun.

Baca juga : Yuk, Saatnya Masyarakat Sadar Pentingnya Prokes Dan Vaksinasi

Namun menurut @Kumal Rajiv, booster dengan menggunakan vaksin merek lain tidak berbahaya. Yang tidak boleh, kata dia, mencam­pur merek vaksin berbeda. Kendati begitu, dia menyarankan, sebelum booster ke-3, lebih penting fokus pada penuntasan vaksin 2 dosis ke sebagian besar penduduk Indonesia dulu. Dia meminta masyarakat tidak egois dengan meminta dosis ke-3 vaksin Covid.

“Masih banyak yang belum dapat vaksin dosis pertama atau kedua,” kata @Kumal Rajiv mengingatkan.

Akun @Semua Sayang Ole mengung­kap fakta lain. Kata dia, sebagian besar masyarakat yang divaksin Sinovac terinfeksi virus Corona. @Soerabaja FC menjelaskan, vaksin Sinovac pada dasarnya adalah virus yang dilemahkan.

Baca juga : Pasien Isoman Sebaiknya Isolasi Di Tempat Perawatan Pemerintah

“Jadi normal kalau positif. Tapi diharapkan tidak parah. Jadi melonjaknya kasus positif salah satu penambahnya adalah masifnya test­ing. Kalau mau yang bagus milik Pfizer. Tapi mampukah Anda membayarnya?” tanya dia.

Akun @x_msia menduga vaksin Sinovac dan AstraZeneca sudah tidak kuat melawan varian Delta. Tak heran, kata dia, banyak negara sudah mencampur vaksin.

“Sudah ada beberapa kajian dan penelitian yang menyatakan, vaksin kalau berbeda merek antara suntik 1 dan 2 memang berpotensi lebih kuat menghasilkan antibodi. Contoh Kanselir Jerman disuntik AstraZeneca untuk vaksin 1 dan Pfizer untuk suntik ke-2,” timpal @Badai30.

Baca juga : Niatnya Baik, Tapi Banyak Yang Minta Sistemnya Diperbaiki Lagi

Akun @info_RI menambahkan, Thailand mencampur vaksin Sinovac dengan AstraZeneca, karena diklaim memberi perlindungan lebih baik terhadap varian Delta. Dia bilang, kepu­tusan tersebut dibuat setelah ratusan tenaga kesehatan tertular Covid-19 meskipun sudah mendapat vaksinasi dosis penuh. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.