Dark/Light Mode

Pelototi Corona Indonesia

WHO H2C: Harap-harap Cemas

Jumat, 23 Juli 2021 07:50 WIB
WHO dilanda H2C alias harap-harap cemas menyaksikan mengganasnya kasus Covid-19 di Indonesia. (Foto: Istimewa)
WHO dilanda H2C alias harap-harap cemas menyaksikan mengganasnya kasus Covid-19 di Indonesia. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Entah kebetulan atau tidak, laporan WHO yang kedua ini, dirilis hanya dua hari setelah Presiden Jokowi memutuskan memperpanjang PPKM Darurat hingga 25 Juli nanti, dan memberi sinyal akan melonggarkan pembatasan pada 26 Juli jika ada penurunan kasus.

Perkembangan Corona di Indonesia memang masih mengkhawatirkan. Meski sudah diberlakukan PPKM Darurat yang kini berganti PPKM Level 1-4, jumlah kasus positif belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Baca juga : Eks Pejabat Garuda Indonesia Dihukum 8 Tahun Penjara

Dari data yang dilaporkan Kementerian Kesehatan kemarin, ada penambahan 49.509 kasus baru di Indonesia. Dengan penambahan ini, total kasus Corona tembus 3 juta, tepatnya 3.033.339 kasus.

Dari jumlah tersebut, 561.384 merupakan kasus aktif. Pemerintah juga menyatakan ada 1.449 pasien Corona yang meninggal dunia hari ini. Jumlah pasien Corona di Indonesia yang meninggal dunia sebanyak 79.032 orang.

Baca juga : WHO Aja Gemeteran

Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito buka suara mengenai tingginya kasus kematian di Indonesia dalam sepekan terakhir. Enam hari berturut-turut jumlah kematian mencapai lebih dari 1.000 setiap harinya.

“Ini tidak bisa ditoleransi lagi, karena ini bukan sekadar angka, di dalamnya ada keluarga, kerabat, kolega, dan orang-orang tercinta yang pergi meninggalkan kita,” kata Wiku dalam konferensi pers, kemarin.

Baca juga : Cegah Corona, Kemenperin WFH 25 Persen

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengingatkan, apa yang disampaikan WHO dan ulasan media asing kepada Indonesia adalah bentuk perhatian agar kita lebih waspada. Kata dia, kita berpengalaman dalam menyangkal realitas Corona yang selalu berujung tidak baik. Sekarang, media internasional menyoroti Indonesia. Itu realitas. Jangan kaget.

“Lebih bijak kita terima saja dan bangkit untuk membuktikan bahwa kita bisa, sehingga ujungnya akan menjadi baik,” kata Zubairi di akun Twitter miliknya, @ProfesorZubairi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.