Dark/Light Mode

Situasi Covid Indonesia Disebut Lebih Baik Dari Malaysia

Dicky Budiman: Ini Seperti Orang Yang Tiba-tiba Nilai Ujiannya Bagus

Minggu, 5 September 2021 21:57 WIB
Ahli Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman (Foto: Instagram)
Ahli Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Situasi Covid-19 Indonesia, yang dinilai lebih baik dibanding Malaysia kini ramai diberitakan.

Sekadar latar, ikhwal perbandingan ini bermula dari pernyataan politisi Malaysia yang juga Ketua Umum Partai Aksi Demokrat (DAP) Lim Kit Siang, yang membandingkan kesuksesan Indonesia dalam menekan jumlah kasus harian.

"Bisakah menteri kesehatan yang baru, Khairy Jamaluddin menjelaskan, mengapa Indonesia mampu mengurangi jumlah kasus baru dalam 16 hari berturut-turut. Jumlah kasus di Indonesia kini lebih rendah dari Malaysia. Di saat Indonesia mencatat 8.955 kasus baru pada Kamis (2/9), Malaysia justru 20.988 ," kata Lim, seperti dikutip Malay Mail, Jumat (3/9).

Baca juga : Jumlah Kasus Baru Di Indonesia Turun Terus, Menkes Baru Malaysia Ditantang Politisi DAP

“Ini bukan mencari-cari kesalahan. Faktanya, kita memang harus mencari cara untuk meningkatkan penanganan pandemi Covid-19. Agar kita bisa menang," imbuhnya.

Terkait hal ini, Ahli Epidemiologi Griffith University, Australia Dicky Budiman mengatakan, berita membaiknya situasi Covid di Tanah Air ini tak bisa ditanggapi dengan 100 persen kegembiraan.

"Ini antara senang dan khawatir. Seperti orang yang nilai ujiannya tiba-tiba bagus. Padahal, sebetulnya dia tidak rajin belajar. Sementara  dalam penanganan pandemi, kita tidak boleh mengandalkan keberuntungan," ujar Dicky kepada RM.id, Minggu (5/9).

Baca juga : PM Selandia Baru Jacinda Ardern: Ini Serangan Teroris

"Hingga 1 September 2021, pemerintah mengumumkan penurunan kasus infeksi sebanyak 25 persen dan kematian 37 persen. Namun, perlu dipahami, situasi ini terjadi di tengah minimnya testing tracing," imbuhnya.

Meski begitu, Dicky tak menampik adanya kerja keras pemerintah dalam menurunkan jumlah kasus.

"Itu betul ada. Tapi, belum cukup kuat untuk keluar dari fase krisis. Masa krisis varian Delta masih akan berlangsung setidaknya sampai akhir September 2021. Rata-rata masa krisisnya itu kan 12 mingguan. Jadi, ini belum selesai," jelasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.