Dark/Light Mode

Resensi Buku

Aktualitas Target Partai Ka'bah

Minggu, 26 September 2021 04:21 WIB
Buku Mengembalikan Kejayaan Partai Kabah. (Foto: ist)
Buku Mengembalikan Kejayaan Partai Kabah. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Meski Pemilu 2024 masih jauh, namun kampanye partai atau calon sudah banyak yang mulai. Dari ramai-ramai pasang baliho, tampil di koran atau di televisi, hingga aktif menyalurkan bantuan atau bahkan mensponsori kegiatan masyarakat. Semuanya dilakukan dalam rangka merealisasikan kerja-kerja politik. 

Sejumlah lembaga survey mengukur elektabilitas dari setiap partai politik itu. Terbagi kepada partai nasionalis dan Islam. Survey SMRC Juni 2021 misalnya menempatkan partai-partai nasionalis sebagai partai dengan elektabilitas tertinggi. Seperti PDI (25,9 persen), Golkar (10,7 persen) dan Gerindra (10,9 persen). Sementara partai Islam, elektabilitasnya sangat rendah, bahkan cenderung terus turun. Hanya PKS yang cukup lumayan (4,6 persen). Adapun partai lain, seperti PPP turun dramatis 2,6 persen. Padahal pada Pemilu 2019 lalu masih dapat 4,52 persen, meski nempel dengan ambang batas parlemen yang 4 persen.

Secara khusus, trend perolehan suara PPP sejak reformasi memang mengalami penyesuaian. Pada Pemilu 1999, suaranya sebesar 11.329.905 (10,71 persen) Kemudian di pemilu 2004 dan 2009, juga mengalami fluktuasi menjadi 9.248.764 suara (8,15 persen) dan 5.533.214 suara (5,32 persen). Di Pemilu 2014 sempat naik jadi 8.157.488 suara  (6,53 persen), tapi turun lagi di Pemilu 2019 yaitu 6.323.147 suara (4,52 persen). “Kalau ini tidak dikelola sungguh-sungguh pada Pemilu 2024, PPP bisa hilang,” ucap Hamzah Haz mantan ketua umum PPP.

Baca juga : Ini 10 Rekomendasi IETD 2021 Untuk Capai Target Dekarbonisasi Indonesia

Pertanyaannya mengapa suara partai Islam, khususnya suara PPP terus turun? Bagaimana cara menaikan elektoralnya? Dua pertanyaan inilah yang coba dibahas oleh Amir Uskara, akademisi cum politisi asal PPP ini dalam buku barunya berjudul Mengembalikan Kejayaan Partai Ka’bah. Meski buku ini secara khusus meneliti Partai Ka’bah, namun substansi pembahasannya menyinggung permasalahan partai-partai Islam pada umumnya. Yakni problem penurunan suara partai-partai Islam secara keseluruhan.  

Untuk itu, rencana dan aksi dalam meningkatkan dukungan elektoral, sejatinya bukan hanya berguna bagi PPP, tapi juga bisa diimplementasikan untuk partai politik lainnya. Walaupun secara pribadi penulis menyebutkan bahwa penulisan buku ini untuk menerjemahkan misi Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa yang menargetkan perolehan PPP seperti Pemilu 1999, yaitu 11,3 juta (10,71 persen). 

Penulis buku ini menyinggung bahwa fenomena penurunan suara partai bukan hanya terjadi di partai Ka’bah, melainkan juga di partai lain, gejalanya ditandai oleh rendahnya minat masyarakat terhadap partai politik sebagai instrumen demokrasi representatif. Di Indonesia sendiri, fakta penurunan suara partai juga terjadi. Penurunan suara partai dalam istilah politik sering dikaitkan dengan perpindahan suara (electoral volatility). PDIP dan Golkar, misalnya, yang merupakan pemenang pada Pemilu 1999 dan 2004 terus turun suaranya. Dari 33,74 persen jadi 18,31 persen PDIP. Dari 22,44 persen jadi 14,45 persen.

Baca juga : Kemenves/BKPM: Riset Dan Inovasi Dukung Capaian Target Investasi

Meski sebagai fenomena umum, penulis sendiri menyadari bahwa suara PPP termasuk paling tragis mengalami penurunannya. Padahal bila melihat dari sejarah, PPP adalah partai Islam paling tertua, dan mayoritas pemilih di Indonesia adalah muslim. Hanya dalam kenyataannya, suaranya justru terus turun. Penurunan terus menerus pada suara partai secara nasional akan berdampak langsung pada stabilitas demokrasi. Pasalnya, partai akan semakin kehilangan kepercayaannya. 

Amir Uskara menyusun buku ini ke dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama, peta masalah penyebab suara PPP turun. Kelompok kedua, aksi pengembangan/peningkatan elektoral. Karena dimaksudkan sebagai guideline pemenangan, maka buku ini porsinya lebih banyak membahas kelompok yang kedua tadi. Dari 6 Bab, 4 bab di antaranya dapat disebut sebagai bab inti dari buku ini. Artinya bagi anda yang tertarik untuk fokus membaca langkah konkret pemenangan Partai bisa langsung baca 4 bab terakhir ini. 

Kalau ditanyakan apa penyebab suara Partai Ka’bah ini terus turun, penulis buku ini membahasnya dari banyak faktor. Antara lain, Amir mengutip ilmuwan politik, Mair yang menyebutkan dua hal yaitu: pertama, krisis kemampuan partai dalam terlibat dengan berbagai permasalahan masyarakat. Bahwasanya masyarakat memilih sejumlah anggota perwakilan namun dalam keadaan rendahnya rasa keterwakilan maupun kepeduliaan terhadap partai politik, sehingga menyebabkan tidak lagi mendukung partai politik. Kedua partai tidak lagi memadai menjalankan fungsi ekonominya. Fragmentasi atau konflik di antara partai membuat fungsi mereka dalam mengagregasi kepentingan rakyat tidak berjalan (h.13).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.