Dark/Light Mode

Pakar UGM: Belum Ada Bukti Varian Delta Plus Lebih Berbahaya Dari Induknya

Senin, 15 November 2021 20:45 WIB
Ketua Pokja Genetik FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D (Foto: Istimewa)
Ketua Pokja Genetik FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Pokja Genetik FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D menegaskan, hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan varian Delta Plus atau AY.4.2 lebih berbahaya ketimbang induknya, varian Delta.

Varian Delta Plus atau AY.4.2 adalah hasil mutasi alamiah pada virus SARS-CoV-2. Namun demikian, hasil mutasi tidak selalu lebih berbahaya.

“Sekali lagi, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa AY.4 2 lebih ganas atau lebih mudah menular dibandingkan varian induknya, varian Delta (B.1.617.2),” kata Gunadi seperti dilansir laman UGM, Senin (15/11).

Baca juga : Menkes: Banyak Orang Indonesia PP Ke Malaysia, Penjagaan Harus Diperketat

“Otoritas Kesehatan Inggris juga baru menggolongkannya menjadi Variant Under Investigation (VUI). Belum variant of interests (VOI) atau variant of concern (VOC),” jelasnya.

Meski begitu, Gunadi meminta pemerintah tetap mewaspadai varian asal Inggris, yang saat ini sudah terdeteksi di Malaysia. Pintu perbatasan harus diperketat untuk mengantisipasi masuknya setiap varian baru.

"Sebetulnya, pencegahan penyebaran varian apa pun,  termasuk AY.4.2,  sama. Mestinya, pemerintah sudah mengantisipasi, termasuk terkait perbatasan antar negara,” tegasnya.

Baca juga : Pancasila, Bukti Kerukunan Antar Umat Beragama Di Indonesia

Gunadi juga mengatakan, kenaikan lonjakan penularan kasus Covid-19 di Inggris belakangan ini, belum tentu disebabkan oleh varian tersebut.

Sebab, kenaikan penularan juga dipicu oleh longgarnya penerapan pembatasan dan protokol kesehatan.

“Tergantung banyak faktor, salah satu faktor yang penting adalah bagaimana masyarakat beraktivitas. Terutama, dalam menjalankan prokes,” ujarnya.

Baca juga : KPK Ajak Unpatti Cetak Lulusan Berhati Pattimura

Karena itu, kata Gunadi, protokol kesehatan harus diperkuat dalam segala aktivitas kegiatan di masyarakat hingga tercapainya kekebalan komunal.

Sepanjang Covid-19 belum terkendali dan imunitas kelompok belum terbentuk, pemerintah harus terus berupaya mendisiplinkan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan dan membatasi kegiatan warga.

“Kuncinya satu, prokes. Sampai kapan? Sampai kekebalan komunal tercapai,” pungkas Gunadi. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.