Dark/Light Mode

Trauma Beruntun

Kamis, 19 September 2019 06:17 WIB
Ngopi - Trauma Beruntun
Catatan :
WAHYU SURYANI

RM.id  Rakyat Merdeka - Sedih rasanya kalau melihat kecelakaan beruntun yang terjadi di tol Ci pularang KM 91, Senin, 2 September lalu. Kejadian itu membuat trauma saya muncul kembali.

Dua tahun lalu saya dan suami menjadi salah satu korban kecelakaan beruntun di tol. Bukan di Cipularang tapi di tol Cikampek KM 42 arah Jakarta.

Saya masih ingat kejadiannya hari Sabtu. Sekitar jam 10 pagi saya dan suami balik dari Bandung menuju Jakarta. Kami ke Bandung untuk bertakziah ke kerabat yang meninggal dunia.

Perjalanan pulang pergi, karena malamnya saya harus ke kantor. Kami tak lama di Bandung. Pergi jam 3 pagi dari Jakarta, balik lagi, dari Bandung kisaran jam 10 pagi.

Baca juga : 5 Tahun untuk 5 Tahun

Seperti biasa, sebelum masuk tol, mampir dulu ke pom bensin. Jagajaga apabila macet di perjalanan se hingga tak khawatir bensin habis. Saya masuk dari pintu tol Pasteur.

Nggak antre, tol Cipularang juga lancar hingga masuk tol Cikampek. Saya sempat tertidur di mobil, kebangun begitu masuk tol Cikampek. Saya lihat suami masih konsen menyetir.

Saya sempat mengajaknya ngobrol untuk menghilangkan rasa ngantuk. Kilometer demi kilometer dilalui, obrolan sempat terhenti, sampai akhir nya kecelakaan itu terjadi.

Mobil saya menabrak mobil depan. Benturan terjadi dengan cepat. Sangat keras. Brakkkkk!!!. Sabuk pengaman dan airbag yang keluar menahan saya agar tak terpental ke depan. Beberapa detik saya seperti linglung. Pandangan gelap.

Baca juga : Rudi, Selamat Bertemu Ainun

Saya lihat suami mencoba membuka sabuk pengaman sambil menanyakan keadaan saya. Asap dari kap mobil keluar. Kaca depan pecah. Spion kiri hancur. Laci dash board terbuka, isinya berhamburan.

Kepala saya sakit. Muka terasa panas terhantam airbag. Rasanya seperti mimpi. Selang beberapa detik saya tersadar. Tapi benturan keras kembali terjadi. Brakkkk!.

“Kita ditabrak lagi,” ucap saya kepada suami. Saya buru-buru mengajak suami keluar dari mobil. Di luar gerimis. Tampak pecahan-pecahan kaca dan bemper mobil di jalan.

Saya lihat kondisi mobil lain di belakang juga parah. Terjadi kemacetan. Polisi dan beberapa mobil derek milik Jasa Marga tak lama berdatangan. Entah apa sebab terjadinya kecelakaan.

Baca juga : Transformasi Koperasi

Tapi menurut pengendara mobil di belakang saya yang juga korban, biang kerok kecelakaan karena mobil box rem mendadak di jalur kanan. Kecelakaan ini menimpa 9 mobil.

Posisi mobil saya ada di tengah-tengah. Saya tidak tahu ada korban jiwa atau tidak. Setelah berbicara dengan polisi dan petugas Jasa Marga, mobil kami diderek keluar tol.

Suami menelepon pihak asuransi dan keluarga untuk pertolongan. Selama menunggu keluarga dan pihak asuransi datang, saya duduk terdiam.

Yang terbayang hanya wajah anak-anak saya di rumah. Dalam hati, saya berkali-kali mengucapkan istighfar sambil menahan rasa sakit di kepala dan di muka. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.