Dark/Light Mode

Single Dad!

Minggu, 15 Desember 2019 03:05 WIB
Ngopi - Single Dad!
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Tidak ada yang mau menjadi single dad. Berat. Anda harus melakoni dua peran: bapak dan ibu. Kondisi ini saya lakoni lima bulan terakhir, ketika istri saya tercinta meninggal dunia karena kanker esofagus.

Kesedihan harus bertoleransi. Yang hidup harus tetap hidup. Ada dua putra yang harus dibesarkan dan diberikan kasih sayang. Masalahnya, kasih sayang itu identik dengan sosok ibu. Mulai dari memandikan, menyuapi makan, hingga menidurkan.

Peran bapak dalam kehidupan lebih ringan. Tinggal menafkahi dan mengecek kondisi buah hati melalui istri. Tapi, menjadi ibu itu sulit. Terlebih ibu rumah tangga. Pekerjaan sudah dimulai sejak pagi hari.

Pagi hari menjadi yang terpenting. Memandikan, menyuapi makan, dan mengantar ke sekolah. Jika ada yang terlewat, anak tidak sekolah dan urusan lainnya pasti keteran. Beruntung, saya tinggal bersama ibu kandung saya, neneknya anak-anak.

Baca juga : Sentilan Mahfud

Sedikit terbantu. Tapi tetap, tanpa ibu, si buah hati pasti merongrong bapaknya. Beruntung, jarang sekali saya dapat tugas kantor tugas pagi. Peran ibu di pagi hari bisa saya lakoni. Memandikan, memberi makan, dan mengantar sekolah, bisa diatasi.

Sepulang sekolah, anak-anak pasti bermain. O iya, anak saya yang pertama berusia 5 tahun, adiknya 2 tahun. Di fase ini, anak-anak butuh sosok ibu sebagai pelindung sekaligus tempat membuncahkan amarah, hingga menuangkan perasaan.

Di siang hari, anda harus pintar atur strategi, membuat permainan jangan sampai bosan. Bermain bola atau petak umpet sampai rumah berantakan itu biasa. Beratnya, ketika saya harus meninggalkan anak untuk bekerja.

Terkadang saya ngantor dari sore hingga tengah malam, anak-anak di rumah dengan neneknya. Menitipkan dua balita tentu bukan perkara mudah. Harus ikhlas dan cerdas agar anak-anak merasa nyaman.

Baca juga : Skriniar Tolak Real Madrid

Nah, saat malam datang, istri saya biasanya bercerita bahkan berakting sampai anak-anak lelah dan terlelap. Dengan neneknya, perlahan mulai terbiasa. Tapi jika gagal, kita harus siap di-video call setiap saat. Tapi, ketika kita pulang dan melihat anak-anak tertidur pulas, semua lelah terbayarkan. Esok harinya, di mulai dari awal.

Peristiwa ini membuat saya mengerti betul arti sosok ibu. Sekuat apa pun single dad, pasti membutuhkan seorang istri. Terlebih, ketika anak saya membandingkan dengan keluarga lain. Ada ayah, ibu, dan anak. Di sini minus one.

Terkadang saya harus tampil tegar ketika sang anak bertanya tentang kenapa ibu meninggal, di mana sekarang berada, dan kapan kembali ke rumah. Lagu berjudul ‘Bunda’ karangan Melly Goeslaw pun sudah mengena di hati anak kecil.

Berat menjadi single dad. Tapi, Tuhan tidak mungkin memberikan ujian jika umatnya tidak sanggup untuk menjalankannya. Jadi, buat Anda yang merasa suka kesal dengan istri karena rungsing soal mengurus anak, harap maklum. Memang sulit menjadi ibu. 

Baca juga : Kangen Hujan

Boy Sakti Hapsoro, Wartawan Rakyat Merdeka
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.