Dark/Light Mode

Itu Cuma Hujan

Jumat, 3 Januari 2020 07:04 WIB
Ngopi - Itu Cuma Hujan
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Tahun Baru 2020 ditandai dengan hujan. Hujan deras. Sampai lewat subuh. Di Jabodetabek, banyak yang kebanjiran. Bahkan, mobil, motor, hingga peliharaannya hanyut terbawa air. Teman saya nyeletuk sebelum semua itu terjadi. “Itu hujan air,” sambil terkekeh memberi kode kalau dia sedang kekeringan.

Kanker, bukan penyakit mematikan yang merenggut nyawa istrinya, atau kedua anaknya. Tetapi kantong kering. Itu maksudnya.

Ya, baru saja berlalu tahun baru, banyak mereka yang berezeki mengalokasikan uangnya untuk refreshing. Bisa ratus ribuan, jutaan, atau mungkin belasan juta. Tergantung jenis hiburannya.

Nah, saya dan teman saya ini termasuk golongan yang tidak ke mana-mana. Tapi bisa kemana-mana. Cukup di rumah pegang remote tv sambil minum kopi hitam. Bukan black coffee, yang kalau di mall harganya mencapai Rp 40 ribu. Kalau kopi hitam, hilang nolnya satu, jadi Rp 4 ribu.

Baca juga : Ikut Program Hamil

Menjelang tahun baru, kami menyempatkan diri nongkrong di warung kopi. Tv membuat kita berada dimana-mana, kadang di Monas, Bundaran HI hingga ke luar negeri. Semua menyambut dengan suka cita, berdiri berkerumun, hingga menyalakan kembang api.

Semakin mendekati jam 12, tv semakin semarak mengabarkan. Paling hebat di dalam negeri. Reporternya hebat. Walaupun hujan mulai deras, mereka tetap melaporkan di spot kehujanan. Banyak yang mensiasati dengan jas hujan.

Lebih hebat lagi warga yang hadir. ada yang bawa anak kecil, ibu-ibu, berdiri, hujan-hujanan. Saya nyeletuk kenapa mereka mau hujan-hujanan. Teman saya bilang, “itu hujan air”.

Sekelebat terfikir, begitu militansinya mereka mencari hiburan. Mendekati detik-detik berganti tahun, hujan menjadi gerimis. Seperti mengerti ada api yang hendak menari. Dar-derdor di televisi. Indah, warna-warni.

Baca juga : Ikutan Demam Boba

Di sekitar saya menikmati pergantian hari pun terbawa suasana. ada yang berdiri mengangkat tangan kiri tinggi-tinggi, memegang sebatang kembang api. Bunyi lima kali. Asap merecon pun berbaur dengan asap rokok, sesekali terpercik api yang meledak tidak tinggi. Dicampur gerimis hujan.

Teman saya yang sambil merokok sebatang pun nyeletuk lagi, “itu hujan air”. Entah dia bersabar habis terpercik api, atau memang air mengalahkan api. Entahlah.

Tahun berganti. Tiba-tiba volume hujan meninggi. Deras. Saya pun bersama teman saya bergegas pulang. Di titik kita berpisah lagi-lagi dia berkata “itu hujan air”.

Saya pun ikut tertawa dan memang itu air. Air yang membuat kita basah kuyup. Hujan air di awal tahun membuat nyaman tidur. Setelah begadang melihat kolaborasi air dan api.

Baca juga : Kangen Hujan

Begitu terbangun dan menonton televisi, hujan ternyata merendam benda duniawi. Ya, ada mobil terhanyut, motor terendam, orang-orang nya pun ikut berendam, menandakan kalau itu banjir. Sepaha, atau seleher.

Siang itu saya bertemu teman saya lagi, juga dengan secangkir kopi hitam. Tema perbincangannya hujan yang deras. Dia kembali nyeletuk, “itu cuma hujan”. apa maknanya? Dia bilang, hujan itu berkah jangan dimaki-maki.

Benar. Jangan salahkan hujan atas bencana alam. Berbagai kata kiasan tentang hujan dan manfaatnya pun dia ucapkan.

Tapi ujung-ujungnya aneh. Dia bilang yang deras hanya hujan. Sambil menunjukkan letak dompetnya. Ternyata dia mau pinjam uang. Karena sedang dilanda kantong kering. Mudah-mudahan uang yang saya pinjamkan bisa menjadi pemicu hujan uang di dompetnya. aamiin. [BOY SAKTI HAPSORO)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.