Dark/Light Mode

Pengalaman Jumatan di Tengah Pandemi

Kamis, 30 April 2020 00:27 WIB
Ngopi - Pengalaman Jumatan di Tengah Pandemi
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi virus corona belum ada tanda-tanda berakhir. Jumlah penderita terus bertambah. Pemerintah pun memperpanjang aturan ibadah di rumah. Terhitung sudah lebih sebulan, umat Islam di kawasan Jabodetabek diminta salat di rumah masing-masing. 

Galau, sedih, hingga takut bercampur. Hadits Nabi tentang ancaman dicap sebagai munafiq bila tidak salat jumat tiga kali berturut-turut terus menghantui. Walaupun pemerintah hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyakinkan, hadits itu tidak berlaku dalam kondisi saat ini. Namun, tetap saja hati tidak tenang dan bimbang. Pikiran selalu terganggu. 

Akhirnya, dengan kemantapan hati dan berpasrah total, saya mencari masjid yang masih menyelenggarakan Salat Jumat. Setelah bertanya ke tetangga akhirnya, diberi tahu, masjid yang masih menggelar Salat Jumat berada di dekat kantor kelurahan di Bojongsari, Depok. Kebetulan, lokasinya tidak jauh dari rumah. Tak sampai 1 km. Masjidnya cukup besar. Bisa menampung 500 jamaah. 

Baca juga : Nonton Film Lawas

Anehnya, saat waktu Salat Jumat tiba, tidak terdengar azan. Sunyi sepi. Seperti tidak ada Salah Jumat. Tapi, karena sudah masuk waktunya salat zuhur, saya berihtiar berangkat ke masjid tersebut. 

Setelah sampai di masjid, azan baru saja berkumandang. "Selama wabah ini, kami tidak menggunakan speaker keluar. Kami menggunakan speaker dalam," kata salah satu takmir masjid yang enggan disebutkan namanya. "Pantesan nggak dengar azan sama sekali," gumam saya dalam hati.

Yang pasti, protokol kesehatan seperti anjuran Kementerian Kesehatan tetap diterapkan dengan ketat masjid tersebut. Sebelum masuk, seluruh jamaah harus berbaris antre untuk cuci tangan di westafel yang disediakan. Setelah itu, masuk ke dalam bilik disinfektan. Cairan yang digunakan bukan kimia, tapi herbal sehingga aman buat jamaah. 

Baca juga : Gotong Royong Lewat Grup Whatsapp

Hari itu jamaah membludak. Masjid dua lantai itu penuh. Nyaris tidak ada lantai yang kosong. Sayangnya, saf antarjamaah tidak ada jarak. Alias berhimpitan satu dengan yang lain. Tapi, mayoritas jamaah mengenakan masker.

Tak lama kemudian, terdengar azan kedua. Tanda salat jumat telah dimulai. Khatib naik mimbar. Tema yang disampaikan juga tidak jauh dari soal corona dan perlunya meminta pertolongan kepada Allah agar wabah ini segera berakhir. Materi yang disampaikan tidak panjang seperti biasanya. Hanya 10 menit. 

Kemudian dilanjutkan dengan Salat Jumat. Itu juga berlangsung cepat. Hanya selama 5 menit. Imam memilih ayat-ayat pendek. Seperti, Surat Al-Iklas dan An-Nas. Namun, di rakaat kedua, imam menyisipkan doa Qunut Nazilah. Doa ini berisikan permintaan tolong kepada Allah agar musibah yang sedang menimpa segera berakhir. Sambil terisak, imam membaca doa ini dengan penuh penghayatan. 

Baca juga : Kehilangan Harapan

Setelah Salat Jumat berakhir, para jamaah langsung membubarkan diri. Tidak ada yang duduk santai atau bergerombol di masjid. Semua sudah tahu saat ini masih dalam wabah dan diharuskan tetap di beraktivitas di rumah masing-masing.

Yang penting, kita semua berdoa semoga wabah ini cepat berlalu agar roda kehidupan dan rutinitas ibadah kembali normal seperti sedia kala. Amiin.

Ahmad Lathif Rosyidi, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.