Dark/Light Mode

Dibantu Bidan Ajaib

Selasa, 17 November 2020 04:38 WIB
Ngopi - Dibantu Bidan Ajaib
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Minggu pagi, 25 Oktober 2020, sekitar pukul 06.30, di bulan kelahiran Baginda Kanjeng Nabi Muhammad, rezeki sekaligus amanah keluarga kecil kami hadir. Sebelumnya, kami sempat dilanda kekhawatiran. Sebab, usia kehamilan istri saya telah melewati 40 minggu.

Sedari awal, kami check up di sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak di Tangerang Selatan. Hingga jelang akhir usia kehamilan, tak ada persoalan berarti. Detak jantung bayi normal, aktif, ketuban belum pecah dan jernih, ibunya pun sehat.

Hingga usia 39 minggu, istri sudah bukaan satu. Proses ini berlangsung hingga dua pekan. Dokter pun menyarankan datang kembali. Dugaan kami, akan mengakhiri kehamilan dengan induksi kimia dan kemungkinan besar caesar. Kami memutuskan bersabar.

Baca juga : Hobi Main Tanaman Hias

Menunggu gelombang cinta datang alami. Ikhtiar pun berpindah, mencari bidan. Di dekat rumah, bidan memberi waktu satu pekan. Jika kontraksi tak kunjung datang, tetap dirujuk ke RS untuk dilakukan tindakan.

Istri saya kian galau. Namun, di tengah kegalauan itu, kami yakin pertolongan Allah, min haitsu laa yahtasib (dari arah yang tidak disangka-sangka). Sepekan masa kehamilan terakhir, kami dipertemukan dengan bidan, yang bagi kami, amat ajaib. Bidan Erie Marjoko, kliniknya di daerah Citayam, Depok. Kami diberi masukan positif. Diyakinkan bahwa istri bakal lahir normal, gentle birth (persalinan nyaman). Dia menyarankan banyak kirim doa. Kepada orang tua, guru, dan leluhur. Disuruh ngobrol dengan dede bayi,

Ajaib. Di tengah zaman ultra canggih dan di kota yang super hedon ini, ada saran “klenik” semacam itu. Ini amat mustahil keluar dari dokter yang bagi mereka, caesar ‘laa raiba fiihi (tidak keraguan di dalamnya)’. Selain juga disertai ikhtiar ala Bidan Erie dengan metode akupresur, moksa, dan yoga.

Baca juga : Produk Lokal Juga Keren

Saya juga mengamalkan doa dari bapak, mewiridkan Al-Qodar setiap malam selama kehamilan. Juga doa yang diberi langsung oleh Gurunda, Muhammad Ainun Nadjib (Cak Nun). Allahumma Sahhil. Allahumma Lunyu. Serta shalawat yang saya rapalkan di samping istri sepanjang proses gelombang cinta persalinan dari pukul tiga pagi, hingga fajar menyingsing.

Alhamdulillah. Setelah kehamilan hampir 42 pekan, Izz Hadziq Damardjati, lahir ke dunia ini berkat Allah yang Maha Memudahkan, Syafaat Kekasihku Muhammad SAW, doa keluarga, terutama kedua orang tua, orang-orang baik, guru, kiai dan leluhur, baik yang masih, maupun yang telah mendahului kami.

Nama putra pertama kami ini hasil musyawarah banyak pihak. Istri setuju dengan Izz. Diambil dari Izzuddin bin Abdussalam, Sulthanul Ulama. Bapak, urun Hadziq. Saya amat setuju.

Baca juga : Ketagihan Jajanan Korea

Ini nama Kiai dari Brebes, mantunya Hadratussyaikh Hasyim As’ari, yang anak-anaknya amat cerdas dan juga menjadi Kiai di Tebuireng. Uamardjati, pilihan saya dari awal. Guru besar filsafat Islam dan Jawa Universitas Gadjah Mada. Supaya anak kami tak kehilangan akar sejatinya di tengah kepungan materialisme zaman kelak. Rangkaian nama ini juga direstui Cak Nun.

Kini, ritme hidup kami berubah drastis. Terutama jam tidur. Wajib bangun setiap hampir dua jam sekali. Membersamai anak menyusui, mengganti popok, atau menemani dan menimangnya sembari shalawatan. Nikmat ini masih belum seberapa. Sebab, yang paling berat bagi kami adalah menjaga amanah yang besar ini. Menjaganya agar tak terlalu melenceng jauh dari makna, doa, dan cita-cita yang ada dalam nama, Izz Hadziq Uamardjati.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.