Dark/Light Mode

Bayar Utang

Senin, 2 November 2020 04:36 WIB
Ngopi - Bayar Utang
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam dua pekan terakhir, saya bolak-balik rumah orang tua dan rumah teman-teman almarhum bapak. Tujuannya, untuk menyelesaikan urusan almarhum. Salah satunya utang

Urusan utang piutang memang suatu yang harus diselesaikan keluarganya jika salah satu keluarga ada yang meninggal. Berapa pun besarnya, harus dibayar jika itu sebuah utang.

Dari catatan saya, ada beberapa orang yang saya datangi untuk urusan utang ini. Dari nominal kecil hingga nominal harga 1 unit rumah KPR di daerah Kota Bekasi. Saya memaklumi, karena orang tua usaha jual beli mobil bekas, jadi nominal pinjam meminjamnya sangat besar.

Baca juga : Warga Tak Peduli Covid-19 Lagi...

Terlepas dari nilai utangnya, ada pesan yang disampaikan kepada kami selaku anaknya, yakni soal silaturahim dan kepercayaan. Bagaimana bisa orang tua saya mendapatkan pinjaman sebesar itu tanpa urusan bank dan tanpa urusan bunga.

Ya, dari penuturan teman-teman almarhum yang saya kembalikan uangnya, mereka mengakui bahwa almarhum bapak suka silaturahmi. Bahkan sebelum bapak mengalami kesusahan. "Bapakmu orang baik, sering membantu saya. Padahal, waktu itu kita baru kenal secara bisnis," ujar salah satu teman bapak dengan nominal utang terbesar.

Sementara itu, saya dan keluarga memang baru bisa melunasi utang almarhum setelah delapan bulan meninggalnya beliau. Sehingga ada satu-dua orang yang menanyakannya. "Kapan mau dibayar?" Saya pun kesal karena ditanya beberapa kali.

Baca juga : Fraksi Solar, Tiner, Dan Lem Aibon

Saya sempat masih emosi ketika ingin ke rumah orang yang selalu menanyakan 'kapan mau dibayar'. Tapi, ternyata saya dibuat malu dengan rasa emosi saya itu. Dia langsung bilang, "Maaf saya tanya terus, karena saya kasihan sama Bapakmu, kasihan jika urusan utang-utang masih menjadi penghalang dia di dalam kubur." Rasanya, saya malu banget karena sudah berburuk sangka.

Bahkan, orang tersebut memangkas jumlah utang yang harus kami lunasi sambil mengatakan, "Mohon jaga silaturahmi ini, termasuk dengan keluarga saya. Bapakmu sudah membangun sebuah silaturahmi dan kepercayaan yang sangat indah, jangan dihancurkan."

Ucapan ini tidak hanya saya dapat dari satu tempat. Bahkan dari beberapa teman almarhum bapak yang saya kunjungi. Ada yang sambil menangis, karena khawatir akan putus silaturahmi dengan keluarga kami setelah urusan utang selesai.

Baca juga : Belajar Jadi Pengusaha

Banyak hikmah yang bisa saya ambil. Bahwa kepercayaan tidak datang begitu saja, kepercayaan harus ditumbuhkan dengan ketulusan, rela berkorban dan kejujuran.

Nana Maulana, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.